Selasa, 28 Juni 2016

Makalah Opinon Leader



KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah Swt berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Komunikasi Indonesia dengan judul Peranan Opinion Leader. 

Di dalam makalah ini kami akan menjelaskan beberapa hal seputar Sistem Komunikasi Indonesia, khususnya tentang Peranan Opinion Leader dalam Sistem Komunikasi Indonesia.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang, Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk kritik dan sarannya sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.






Pekanbaru, 27 Maret 2015




Penulis            









DAFTAR ISI

Kata Pengantar           ………………………………………………………             1
Daftar Isi         ………………………………………………………………             2
Bab I   ………………………………………………………………………             3
Pendahuluan   ………………………………………………………………              3
1.1. Latar Belakang     ………………………………………………            3
1.2. Rumusan Masalah            ………………………………………            3
1.3. Tujuan      ………………………………………………………            4
Bab II              ………………………………………………………………            5
Pembahasan    ………………………………………………………………            5
            2.1. Pengertian Opinion Leader          ………………………………            5
            2.2. Sejarah Opinion Leader   ………………………………………            5
            2.3. Model Arus Komunikasi  ………………………………………            6
            2.4. Monophily dan Heterophily         ………………………………            8
            2.5. Monomorfik dan Polimorfik        ………………………………            9
            2.6. Cara Mengetahui Adanya Opinion Leader          ………………            9
            2.7. Opinion Leader dalam Sistem Komunikasi         ………………            12
            2.8. Penerapan Opinion Leader di Indonesia             ………………            13
Bab III                        ………………………………………………………………            17
Penutup           ………………………………………………………………            17
3.1. Kesimpulan          ………………………………………………            17
3.2. Saran        ………………………………………………………            17
            Daftar Pustaka                        ………………………………………………………            18










BAB I
Pendahuluan

1.1.            Latar Belakang
Opinion leader atau pemimpin opini adalah individu yang memimpin dalam mempengaruhi pendapat orang lain tentang inovasi.Perilaku pemimpin opini penting dalam menentukan tingkat adopsi suatu inovasi dalam suatu sistem.
Opinion leaders menjadi perbincangan dalam literatur komunikasi sekitar tahun 1950-1960-an, sebelumnya literatur komunikasi yang sering digunakan yaitu kata-kata influentials, influencers atau tastemakers untuk menyebut “Opinion Leaders”. Kemudian kata “Opinion Leaders”  lebih sering dikenal dimasyarakat pedesaan, sebab pada saat itu tingkat media masih rendah serta pendidikan yang belum maju. Jadi kebutuhan akan informasi dipedesaan diterima dari mereka yang mempunyai pemahaman yang tinggi serta kebutuhan akan media yang tidak rendah.
1.2.            Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian opinion leader?
2.      Bagaimana sejarah opinion leader?
3.      Apa saja model arus komunikasi?
4.      Apa yang dimaksud dengan homophily dan heterophily?
5.      Apa yang di maksud dengan monomorfik dan polimorfik?
6.      Bagaimana cara mengetahui opinion leaders?
7.      Apa peranan opinion leader dalam sistem komunikasi?
8.      Apa saja penerapan opinion leader di Indonesia?




1.3.            Tujuan

1.      Mengetahui pengertian opinion leader
2.      Mengetahui sejarah opinion leader
3.      Mengetahui model arus komunikasi
4.      Mengetahui pengertian homophily dan heterophily
5.      Mengetahui monomorfik dan polimorfik Opinion Leader
6.      Mengetahui seorang opinion leaders
7.      Mengetahui Hubungan dan peranan opinion leader dalam Sistem Komunikasi
8.      Mengetahui apa saja penerapan opinion leader di Indonesia













BAB II
Pembahasan

2.1. Pengertian Opinion Leader

Opinion Leader adalah orang yang secara informal dapat mempengaruhi tindakan atau sikap dari orang-orang lain. Bisa juga disebut perantara pesan yang mampu menerjemahkan berbagai macam informasi untuk diteruskan kepada masyarakat luas. Opinion Leader sangat mungkin dipercaya oleh masyarakat untuk ditanya pendapat, serta nasehat-nasehat bagi anggota masyarakat. Opinion leaders adalah orang yang mempunyai keunggulan dari masyarakat kebanyakan. Opinion leaders lebih mudah menyesuaikan diri dengan masyarakatnya, lebih kompeten dan lebih tahu memelihara norma yang ada. Kemampuan dirinya memelihara norma menjadi salah satu konsekuensi logis bentuk pelayanan atau suri teladan yang diberikan atau ditunjukkan kepada masyarakatnya. Menurut Homanas (1961),”Seseorang yang memiliki status sosial tinggi (pemimpin pendapat) akan senantiasa memelihara nilai-nilai serta norma kelompoknya sebagai syarat minimal dalam mempertahankan statusnya”. Jadi dapat kita katakana bahwa Opinion Leader adalah orang - orang memiliki pengaruh di masyarakat, maksudnya adalah orang-orang yang dimana pendapatnya dapat mempengaruhi masyarakat secara informal dalam suatu sistem sosial.
2.2. Sejarah Opinion Leader
Istilah opinion leader menjadi perbincangan dalam literatur komunikasi sekitar tahun 1950-1960-an sebelumnya literatur komunikasi sering digunakan kata-kata influentials, influencers atau tastemakers untuk menyebut opinion leader. Kemudian kata opinion leader lebih sering dikenal dimasyarakat pedesaan, sebab pada saat itu tingkat media masih rendah serta pendidikan yang belum maju. Jadi kebutuhan akan informasi dipedesaan diterima dari mereka yang mempunyai pemahaman yang tinggi serta kebutuhan akan media yang tidak rendah.
Ada dua pengelompokan opinion leader :

1.      Opinion Leader Aktif (Opinion Giving)
Disini seorang“Opinion leader” di sebut aktif jika ia sengaja mencari penerima atau followers untuk mengumumkan atau mensosialisasikan suatu informasi. Contoh : saat adanya program KB (Keluarga Berencana) yang bertujuan menegendalikan pertumbuhan penduduk. Tapi bagi masyarakat desa hal ini masih terlalu baru dan mereka belum mengenal apa itu KB sebenarnya, maka disini peranan opinion leader tersebut dituntun untuk menyampaikan informasi bahwa program KB ini bertujuan penting bagi kelangsungan masyarakat dipedesaan.

2.      Opinion Leader Pasif (Opinion Seeking)
Dalam hal ini followers lebih aktif mencari sumber informasinya kepada opinion leader, Hampir sama dengan contoh yang pertama, akan tetapi di sini tergantung siapa yang aktif. Jika Followersnya yang aktif maka di katagorikan Opinion Seeking, sedangkan jika opinion leadernya yang aktif, di sebut sebagai opinion giving.

2.3.          Model Arus Komunikasi

Dalam proses komunikasi dikenal ada empat model arus alir pesan, yakni model jarum injeksi (hypodermic needle model), model alir satu tahap (one step flow model), model alir dua tahap (two step flow model) dan model alir banyak tahap (multy step flow model). (Sardjono, 1989). Masing-masing model mempunyai ciri khas dan pola yang berbeda satu sama lain sehingga berbeda pula dalam arus peredaran komunikasinya.

Masing-masing model mempunyai kelebihan dan kekurangan karena kurun wkatu dan tokoh yang memunculkannya juga berbeda satu dengan yang lain. Tetapi yang lebih penting, akan ditunjukkan lewat model yang mana pemimpin opini atau opinion leader (pemuka pendapat, pemimpin opini, tetua, kepala adat) bisa berperan. Dengan kata lain, dimana letak pemimpin opini dan bagaimana mereka mempengaruhi audience dalam arus utama komunikasi.


a.       Model Jarum Injeksi.
Secara substansial, model ini adalah one step flow, artinya arus komunikasi disampaikan secara satu arah saja (dari media massa kepada audience). Dasar pemikiran model ini adalah bahwa khalayak bersikap pasif terhadap berbagai macam informasi yang disebarkan/disiarkan media massa. Sebaliknya media lebih aktif untuk mempengaruhi audience. Maka teori ini disebut teori peluru (bullet theory). Jadi jika sebutir peluru tembakkan, ia akan selalu menemukan sasaran, dan sasaran yang dimaksud tersebut adalah khalayak.

b.      Model Aliran Satu Tahap.
Pesan model aliran satu tahap ini, media massa langsung berhubungan dengan audiencenya. Dengan kata lain, pesan yang disampaiakan mengalir tanpa ada perantara (audience bisa langsung mengaskes langsung media). Adapun perbedaan diantara keduanya adalah :

a.       Model aliran satu tahap mengakui bahwa media massa bukanlah all powerfull dan tidak semua media mempunyai kekeuatan yang sama. Dan model jarum hypodermik menyakini bahwa media itu all powerfull, ibarat peluru yang ditembakkan.
b.      Aspek-aspek seleksi screening (seleksi, penyaringan) di pihak audience (seperti selective exposure, selective perception, selective retention) mempunyai impac pesan. Dengan kata lain, pesan-pesan yang diterima sangat tergantung pada sistem seleksi yang ada pada masing-masing audience.
c.       Model aliran satu tahap mempengaruhi kemungkinan timbulnya reaksi atau efek yang berbeda dikalangan audience terhadap pesan-pesan dari media yang sama. Artinya pesan media yang sama diterima beberapa audience belum tentu menimbulkan reaksi yang sama, begitu pula dengan efek yang ditimbulkan. Tetapi dalam model jarum hipodemik, bahwa pesan yang disampaikan media massa akan menimbulkan reaksi dan efek yang sama.


c.       Model Aliran Dua Tahap
Dalam model ini pesan-pesan dari media massa tidak seluruhnya langsung mengenai audience, tetapi pesan tersebut disampaikan oleh pihak tertentu artinya pihak tertentu tersebut dikenal dengan opinion leader (pemimpin opini/pemuka pendapat). Ada dua tahap penyampaian pesan dalam aliran ini. Pertama pesan media pada opinion leader dan kedua pesan opinion leader pada audience.

d.      Model Aliran Banyak Tahap.
Pada prinsipnya., model ini adalah gabungan dari semua model yang sudah disebutkan diatas. Model ini menyatakan bahwa pesan-pesan media massa menyebar kepada audience atau khalayak melalui interaksi yang kompleks.

2.4. Monophily dan Heterophily

Difusi diidentifikasi sebagai jenis komunikasi khusus yang berhubungan dengan penyebaran inovasi. Pada teori Two-Step Flow, opinion leaders dan pengikutnya memiliki banyak kesamaan. Hal tersebut yang dipandang dalam riset  difusi sebagai homophily. Rogers mengemukakan bahwa “Homophilyis the degree to witch pairs of individuals who intract are similar in certains attributes”, yang berarti derajat yang sama antara sepasang individu yang berinteraksi, atau tingkat dimana pasangan individu yang berinteraksi memiliki banyak kemiripan sosial, contohnya keyakinan, pendidikan, nilai-nilai, status sosial dan lain sebagainya. Lain halnya dengan heterophily, ”heterophily is the degree to which pairs of individuals who interact are different in certain attributes”, yang artinya tingkat di mana pasangan individu yang berinteraksi memiliki banyak perbedaan. Persamaan dan perbedaan ini akan berpengaruh terhadap proses difusi yang terjadi.

Homophily sering terjadi karena komunikasi lebih efektif bila sumber dan penerima adalah homophilous. Ketika dua individu berbagi makna umum, keyakinan, dan pemahaman bersama, komunikasi antara mereka lebih mungkin untuk menjadi efektif. Individu menikmati kenyamanan berinteraksi dengan orang lain yang serupa. Berbicara dengan mereka yang sangat berbeda dari diri kita sendiri membutuhkan usaha lebih untuk membuat komunikasi yang efektif. Heterophilous komunikasi antara individu yang berbeda dapat menyebabkan disonansi kognitif karena seseorang terkena pesan yang tidak sejalan dengan keyakinan yang ada, keadaan psikologis tidak nyaman. Individu yang berangkat dari prinsip homophily dan berusaha untuk berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda dari diri mereka sendiri sering menghadapi frustrasi komunikasi tidak efektif. Perbedaan kompetensi teknis, status sosial, kepercayaan, dan timah bahasa untuk arti salah, sehingga menyebabkan pesan yang akan terdistorsi atau untuk pergi diabaikan.

Tetapi komunikasi heterophilous memiliki potensi informasi khusus, meskipun mungkin terjadi hanya jarang. Link jaringan Heterophilous sering menghubungkan dua klik-klik, sehingga mencakup dua set individu sosial berbeda dalam suatu sistem. Link-link antar heterophilous sangat penting dalam membawa informasi tentang inovasi, seperti yang tersirat di (1973) teori Granovetter tentang kekuatan hubungan lemah. Jadi, komunikasi homophilous mungkin sering dan mudah tetapi mungkin tidak begitu penting karena komunikasi heterophilous kurang sering dalam menyebarnya sebuah inovasi.

2.5. Monomorfik dan Polimorfik

Ditinjau dari penguasaan materinya, Pemuka pendapat (Opinion Leader) dapat di golongkan menjadi dua tipe (Merton, 1949).
1.      Monomorfik (Monomorphic) yaitu, Opnion Leader hanya menguasai satu permasalahan saja. Dalam hal ini, opinion leader hanya mampu mengatasi satu permasalahan yang ada di masyarakat ( Rogers, 1996)
2.      Polimorfik (Polymorphic) yaitu, Opinion Leader menguasai lebih dari satu permasalahan. Dalam hal ini, opinion leader semacam ini mempu mengatasi berbagai permasalahan yang ada di masyarakat.

2.6. Cara Mengetahui Adanya Opinion Leader

Ada Empat metode utama untuk mengukur dan mengetahui adanya opinion leaders dan link jaringan difusi :

1.      Metode Sosiometrik
Dalam metode ini, masyarakat ditanya kepada siapa mereka meminta nasihat atau mencari informasi mengenai masalah kemasyarakatan yang dihadapinya. Misalnya masalah itu mengenai difusi inovasi, kepada masyarakat diajukan pertanyaan: “dari mana anda memperoleh informasi tentang difusi inovasi?” jadi orang yang paling banyak mengetahui dan dimintai nasihat tenteng masalah tersebut dialah yang disebut sebagai opinion leaders.

2.      Informants’ Ratings
Metode ini mengajukan pertanyaan tertentu kepada orang /responden yang dianggap sebagai key informants dalam masyarakat mengenai siapa yang dianggap masyarakat sebagai pemimpin mereka. Jadi dalam hal ini responden tersebut haruslah jeli dalam mimilih siapa yang benar-benar harus memimpin dalam masyarakat tersebut. Dari segi kepribadian, pendidikan, serta tindakan yang dilakukannya terhadap masyarakat tersebut.

3.      Self-designating techniques
Metode ini mengajukan pertanyaan kepada responden dan meminta tendensi orang lain untuk menunjuk siapa yang mempunyai pengaruh. Misalnya. Apakah seseorang yang memerlukan suatu informasi perlu meminta keterangan kepada ibu /bapak. Jika jawabannya tidak maka hal tersebut belum menunjukkan siapa yang sering dimintai keterangan. Hal ini sangat bergantung kepada ketepatan (akurasi) responden untuk mengindentifikasi dirinya sebagai pemimpin.

4.      Observasi
Metode dimana penyidik ​​mengidentifikasi dan mencatat perilaku komunikasi dalam suatu sistem.Satu keuntungan dari observasi adalah bahwa data yang biasanya memiliki tingkat validitas yang tinggi.Jika link jaringan secara tepat diamati, tidak ada keraguan tentang apakah mereka ada atau tidak.Pengamatan bekerja lebih baik di sistem yang sangat kecil, dimana pengamat sebenarnya bisa melihat dan merekam interaksi interpersonal yang terjadi.

Karakteristik Opinion Leader.

Opinion leader adalah orang yang mempunyai keungulan dari masyarakat kebanyakan. Adapun karakteristik tersebut adalah :
1.      Lebih tinggi pendidikan formalnya dibanding dengan anggota masyarakat lainnya.
2.      Lebih tinggi status sosial ekonominya. (SSE)
3.      Lebih inovatif dalam menerima dan mengambil ide baru
4.      Lebih tinggi pengenalan medianya (media exposure)
5.      Kemampuan empatinya lebih besar
6.      Partisipasinya lebih besar.
7.      Lebih Kosmopolit (mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas).

Floyd Ruch juga mengatakan syarat seorang pemimipin (termasuk pemimpin opini)
1.      Social perception, artinya seorang pemimpin harus dapat memiliki ketajaman dalam menghadapi situasi.
2.      Ability in abstrac thinking, artinya pemimpin harus memiliki kecakapan secara abstrak terhadap masalah yang dihadapi.
3.      Emotional stability, artinya pemimpin harus memiliki perasaan stabil, tidak mudah terkena pengaruh dari luar ( yang tidak dinyakini dan bertoloak belakang dengan kenyakinan masyarakat). (Slamet Santoso, 1992).

Pada umumnya ciri-ciri yang melekat pada opinion leader tidak bisa dilekatkan secara tajam pada para pemimpin desa. Sebab adakalanya batasan yang melekat tersebut sangat tipis sekali antara opinion leader dengan followesnya. Dengan demikian tidak bisa dikatakan bahwa ciri-ciri itu melekat pada opinion leader. Sedangkan masyarakat tidak mempunyai ciri-ciri tersebut, salah satu keunggulan opinion leader dibanding dengan masyarakat kebanyakan adalah opinion leader itu lebih mudah menyesuaikan diri dengan masyarakatnya, lebih kompeten dan lebih tahu memelihara norma yang ada. Menurut Homas (1961), “Seorang yang memiliki status sosial yang tinggi (pemimin pendapat) akan senantiasa memelihara nilai-nilai serta norma kelompoknya sebagai syarat minimal mempertahankan statusnya.


2.7.       Opinion Leader dalam Sistem Komunikasi

Opinion leader menjadi salah satu unsur yang sangat mempengaruhi arus komunikasi. Khususnya dipedesaan berbagai perubahan dan kemajuan masyarakat sangat ditentukan oleh opinion leader. Misalnya pemimpin opini bisa berperan memotivasi masyarakat agar ikut serta secara aktif dalam pembangunan, untuk itulah selayaknya pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap pemuka pendapat ini. Bukan sebaliknya malah menjatuhkan opinion leader tersebut. Misalnya tentang kepercayaan masyarakat pada program pembangunan, selayaknya pemerintah memfungsikan peran opinion leader sebagai tokoh sentral dalam pembanguanan di pedesaan.

Contoh kasus di Peru pernah dilakukan kampanye inovasi kesehatan kepada penduduk desa yang dilakuakn oleh Lembaga Pelanyanan Kesehatan. Lembaga ini telah berhasil melakukan program tersebut di Amerika Latin dengan cara memotivasi penduduk untuk membuat jamban, membakar sampah, melaporkan kasus-kasus penyakit yang mencurigakan ke Puskesmas dan memasak air.

Opinion leader bukanlah manusia yang serba tau akan segala hal, tetapi kelebihannya adalah bahwa mereka diangap orang yang lebih peka dan in group serta tahu adat kebiasaamn masyarakat. Mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi serta selalu siap memantu perubahan sosial di lingkungannya.

Di desa ada suatu kecenderungan dalam masyarakat, dimana warga masyarakat akan lebih sering berkomunikasi sesama mereka dengan memilih tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi. Misalnya mereka akan lebih tertarik dengan individu yang hanya lulusan SD dan SMP dibanding dengan lulusan universitas. Sebagaimana yang dikatakan Everett M. Roger dan Shoemaker “bahwa orang – orang yang paling tinggi status sosialnya dalam sisitem sosial jarang sekali untuk berinteraksi langsung dengan orang-orang yang paling rendah status sosialnya.

Dalam penelitian Van de Ban (1963) di Belanda menemuan fakta bahwa apa yang dilakuakan oleh pemuka pendapat cenderung diikuti oleh masyarakat. Pemuka pendapat mempunyai gradasi homofili yan lebih baik dibanding dengan pihak lain. Homofili artinya suatu tingkat dimana pasanga individu yang berinteraksi sepadan dalam hal tertentu, seperti suatu kepercayaan, nilai-nilai, pendidikan dan status sosial. Homofili kebalikan kata dari heterofili. Jika homofili dalam sistem sosial itu tinggi, maka komunikasi akan sangat mudah untuk dilakukan, tapi heterofili suatu interaksi dalam berkomunikasi yang belum mempunyai dasar dalam bentuk kepercayaan untuk melakukan hal tersebut.

2.8. Penerapan Opinion Leader di Indonesia

Sebagaimana sudah diketahui sebelumnya, kajian tentang pemimpin opini ini awalnya muncul di Amerika seperti yang ditunjukkan oleh Paul Lazarefeld dan kawan-kawan. Oleh karena itu model-model arus informasi yang mendekati pembahasan pemimpin opini ini adalah model two step flow. Artinya media massa tidak langsung mengenai audiencenya tetapi melalui pemimpin opininya. Kemudian informasi yang didapatkan tadi disampaikan kepada para pengikutnya.

Maksudnya pemuka pendapat disini adalah seseorang yang relatif dapat mempengaruhi sikap dan tigkah laku orang lain untuk bertindak dalam suatu tata cara tertentu. Tapi seiring dengan tingkat perkembangan media massa dan zaman. Lambat laun pemimpin opini ini ditinggalkan karena para audiencenya (pengikut) telah menentukan sikap dan perilaku sendiri, sebab secara tidak langsung mereka telah mampu mengaskes media massa. (Rogers dan Shoemaker, 1987:31).



a.       Opinion leader dalam komunikasi
Opinion leaders menjadi salah satu unsur yang sangat mempengaruhi arus komunikasi. Khususnya dipedesaan berbagai perubahan dan kemajuan masyarakat sangat ditentukan oleh opinion leaders. Misalnya pemimpin opini bisa berperan memotivasi masyarakat agar ikut serta secara aktif dalam pembangunan, untuk itulah selayaknya pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap pemuka pendapat ini. Bukan sebaliknya malah menjatuhkan opinion leaders tersebut. Misalnya tentang kepercayaan masyarakat pada program pembangunan, selayaknya pemerintah memfungsikan peran opinion leaders sebagai tokoh sentral dalam pembanguanan di pedesaan.
Di desa ada suatu kecenderungan dalam masyarakat, dimana warga masyarakat akan lebih sering berkomunikasi sesama mereka dengan memilih tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi. Misalnya mereka akan lebih tertarik dengan individu yang hanya lulusan SD dan SMP dibanding dengan lulusan universitas. Sebagaimana yang dikatakan Everett M. Roger dan Shoemaker “bahwa orang–orang yang paling tinggi status sosialnya dalam sisitem sosial jarang sekali untuk berinteraksi langsung dengan orang-orang yang paling rendah status sosialnya.”

b.      Opinion Leader dalam Kehidupan Politik.
Pemimpin opini adalah mereka yang punya otoritas tinggi dalam menentukan sikap dan perilaku pengikutnya. Bukan dari kedudukan, jabatan politik tetapi karena kewibawaan, ketundukan, kharisma, mitos yang melekat padanya atau karena pengetahuan serta pengalaman yang dimilikinya. Sebab pada saat sekarang banyak para pemimpin politik yang hanya disanjung dengan jabatannya saja. Sebagai contoh Megawati dan Gus Dur ditempatkan sebagai pemimpin opini dalam politik. Karena keduanya mampu menentukan sikap dan perilaku pengikutnya. Megawati bisa “memaksa” pengikutnya untuk memilih PDI-P, apa pun yang terjadi pada partai tersebut, begitu juga Gus Dur bisa menentukan pengikutnya untuk terus mendukung dirinya pada tanda gambar PKB

Mengapa Megawati dan Gus Dur dianggap sebagai pemimpin opini.
1.      Megawati dan Gus Dur menjadi panutan pengikutnya, panutan tersebut tidakberdasarkan ketundukan rasional tetapi ketundukan irasional. Kata lainnya apa pun yang dilakukan kedua pemimpin tersebut baik dan buruk lebih cenderung diikuti pengikutnya. Bahkan gaya kepemimpinan keduanya lebih didasarkan pada kepemimpinan yang kharismatik.
2.      Mereka menentukan apa yang harus dilakukan pengikutnya. Contoh, jika keduanya bilang massa bergerak ke kiri, mereka akan bergerak ke kiri.
3.      Peran keduanya juga mengukuhkan bahwa media massa punya pengaruh yang kecil dalam mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakatnya. Artinya meskipun media massa tersebut menolak ide kedua orang tersebut, tetapi masyarakat tak jarang mencari informasi yang benar untuk mendukung dan mematuhi pendapat pemimpin opininya.
Hubungan antara pemimpin opini dalam politik dengan masyarakat di Indonesia adalah sebagai berikut :
1.      Pemimpin opini sangat berpengaruh dalam mempengaruhi proses kebijakan politik di Indonesia.
2.      Pemimpin opini juga bisa menolak kebijakan pemerintah
3.      Pemimpin opini tidak boleh dipandang sebelah mata agar keinginan pemerintah terpenuhi. Maksudnya, pembangunan tidak akan berhasil jika pemerintah tidak mendapat dukungan penuh dari pemimpin opini. Malah sebaliknya pemimpin opini inilah kunci utama keberhasilan program pemerintah terutama di daerah pedesaan.

c.       Opinion Leader dalam Kehidupan Sosial.
Peranan pemimpin opini dalam kehiduan sosial di Indonesia juga tidak bisa dibilang rendah. Karena pemimpin opini sangat dipercaya dalam masyarakatnya. Ia ikut dalam menentukan berbagai perilaku masyarakatnya. Di Indonesia, pemimpin opini ikut menentukan apakah program keluarga berencana (KB) yang dikampayekan pemerintah pada tahun 70-an sukses atau tidak. Secara terang-terangan di sebuah kantor Kepala Desa di Patala, Jetis, Bantul Yogyakarta ditulis bahwa para Kiai dan tokoh masyarakat lain mendukung gerakan program KB tersebut, bahkan KB dianggap halal dan sah. Kampaye lewat tulisan ini penting agar masyarakat yang semula ragu terhadap program KB tidak sangsi untuk memakai alat kontrasepsi. Bisa dibanyangkan bagaimana jika program KB ini tidak mendapat dukungan dari para pemimpin opini, sekuat apa pun keinginan pemerintah atau dipaksa dengan cara apa pun masyarakat tentu tidak akan menganggap KB sebagai program baru yang justru membatasi anak.

Masa Depan Opinion Leadership di Indonesia.
Masa depan opinion leader di Indonesia ditandai oleh beberapa poin penting dibawah ini
a.      Masuknya teknologi komunikasi di pedesaan telah menyebabkan munculnya jarak sosial antara pemimpin opini dengan masyarakatnya.
b.      Dengan masuknya teknologi, hubungan yang selama ini terbina antara pemimpin opini dengan masyarakat itu sendiri kian memudar. Masalahnya, acara pengajian, penyebarluasan informasi yang bisa dilakuaka secara face to face sudah didapatkan lewat saluran komunikasi massa (televisi).
c.       Teknologi yang masuk ke desa telah mengubahm muatan penting dalam komunikasi. Sebelum masuk teknologi, hubungan antara masyarakat lebih didasarkan pada perasaan salind memiliki dan rela berkorban. Tapi setelah masuknya teknologi tersebut telah mengubah pola pikir masyarakat dan budaya masyarakat menjadi lebih konsumtif.
d.      Walaupun kepercayaan terhadap pemimpin opini sedikit berkurang, tetapi para pemimpin opini ini masih sangat berperan kuat dalam mempengaruhi sikap serta perilaku pengikutnya di desa. Bahkan dampak positifnya, pemimpin opini juga bisa memberikan pengaruh tidak hanya dalam masalah dimasyarakat desa, tetapi juga bisa mempengaruhi sikap dan perilaku memilih dalam politik.



Bab III
Penutup

3.1.    Kesimpulan

Opinion leaders dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yakni orang-orang tertentu yang mampu memengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka) berperan sebagai model dimana perilakunya (baik mendukung atau menentang) diikuti oleh para pengikutnya. Opinion leaders bukanlah manusia yang serba tau akan segala hal, tetapi kelebihannya adalah bahwa mereka diangap orang yang lebih peka dan in group serta tahu adat kebiasaamn masyarakat. Mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi serta selalu siap memantu perubahan sosial di lingkungannya.

3.2  Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini, dapat menambah wawasan bagi yang membaca makalah ini. Maka dari itu, kami harapkan kritik dan saran untuk menjadi tambahan maupun perbaikan terhadap makalah dan pengetahuan kami kedepannya.












Daftar Pustaka

Nurudin. Sistem Komunikasi Indonesia. 2004. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Panuju, Redi. 1997. Sistem Komunikasi Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arifin, Anwar.2011.Sistem Komunikasi Indonesia.Bandung : Remaja Rosda Karya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar