KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah Swt berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami mampu menyelesaikan
tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Komunikasi Indonesia
dengan judul Peranan Opinion Leader.
Di dalam makalah
ini kami akan menjelaskan beberapa hal seputar Sistem Komunikasi Indonesia,
khususnya tentang Peranan Opinion Leader dalam Sistem Komunikasi Indonesia.
Makalah ini kami
akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang,
Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk kritik dan sarannya sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik. Semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca.
Pekanbaru,
27 Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ……………………………………………………… 1
Daftar
Isi ……………………………………………………………… 2
Bab
I ……………………………………………………………………… 3
Pendahuluan ……………………………………………………………… 3
1.1.
Latar Belakang ……………………………………………… 3
1.2.
Rumusan Masalah ……………………………………… 3
1.3.
Tujuan ……………………………………………………… 4
Bab II ……………………………………………………………… 5
Pembahasan ……………………………………………………………… 5
2.1.
Pengertian Opinion Leader ……………………………… 5
2.2.
Sejarah Opinion Leader ……………………………………… 5
2.3.
Model Arus Komunikasi ……………………………………… 6
2.4.
Monophily dan Heterophily ……………………………… 8
2.5.
Monomorfik dan Polimorfik ……………………………… 9
2.6.
Cara Mengetahui Adanya Opinion Leader ……………… 9
2.7.
Opinion Leader dalam Sistem Komunikasi ……………… 12
2.8.
Penerapan Opinion Leader di Indonesia ……………… 13
Bab III ……………………………………………………………… 17
Penutup ……………………………………………………………… 17
3.1. Kesimpulan ……………………………………………… 17
3.2. Saran ……………………………………………………… 17
Daftar
Pustaka ……………………………………………………… 18
BAB I
Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
Opinion leader atau pemimpin opini adalah individu yang memimpin dalam
mempengaruhi pendapat orang lain tentang inovasi.Perilaku pemimpin
opini penting dalam menentukan tingkat adopsi suatu
inovasi dalam suatu sistem.
Opinion
leaders menjadi perbincangan dalam literatur komunikasi sekitar tahun
1950-1960-an, sebelumnya literatur komunikasi yang sering digunakan yaitu
kata-kata influentials, influencers atau tastemakers untuk menyebut “Opinion Leaders”. Kemudian kata “Opinion Leaders” lebih sering dikenal dimasyarakat pedesaan,
sebab pada saat itu tingkat media masih rendah serta pendidikan yang belum
maju. Jadi kebutuhan akan informasi dipedesaan diterima dari mereka yang
mempunyai pemahaman yang tinggi serta kebutuhan akan media yang tidak rendah.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian opinion leader?
2. Bagaimana
sejarah opinion leader?
3. Apa saja
model arus komunikasi?
4. Apa yang
dimaksud dengan homophily dan heterophily?
5. Apa yang di
maksud dengan monomorfik dan polimorfik?
6. Bagaimana
cara mengetahui opinion leaders?
7. Apa peranan
opinion leader dalam sistem komunikasi?
8. Apa saja penerapan opinion leader di Indonesia?
1.3.
Tujuan
1. Mengetahui
pengertian opinion leader
2. Mengetahui
sejarah opinion leader
3. Mengetahui
model arus komunikasi
4. Mengetahui
pengertian homophily dan heterophily
5. Mengetahui monomorfik
dan polimorfik Opinion Leader
6. Mengetahui
seorang opinion leaders
7. Mengetahui
Hubungan dan peranan opinion leader dalam Sistem Komunikasi
8. Mengetahui
apa saja penerapan opinion leader di Indonesia
BAB II
Pembahasan
2.1. Pengertian
Opinion Leader
Opinion Leader
adalah orang yang secara informal dapat mempengaruhi tindakan atau sikap dari
orang-orang lain. Bisa juga disebut perantara pesan yang mampu menerjemahkan berbagai
macam informasi untuk diteruskan kepada masyarakat luas. Opinion Leader sangat
mungkin dipercaya oleh masyarakat untuk ditanya pendapat, serta nasehat-nasehat
bagi anggota masyarakat. Opinion leaders adalah orang yang mempunyai keunggulan dari masyarakat
kebanyakan. Opinion leaders lebih
mudah menyesuaikan diri dengan masyarakatnya, lebih kompeten dan lebih tahu
memelihara norma yang ada. Kemampuan dirinya memelihara norma menjadi salah
satu konsekuensi logis bentuk pelayanan atau suri teladan yang diberikan atau
ditunjukkan kepada masyarakatnya. Menurut Homanas (1961),”Seseorang yang
memiliki status sosial tinggi (pemimpin pendapat) akan senantiasa memelihara
nilai-nilai serta norma kelompoknya sebagai syarat minimal dalam mempertahankan
statusnya”. Jadi dapat kita katakana bahwa Opinion Leader adalah orang - orang
memiliki pengaruh di masyarakat, maksudnya adalah orang-orang yang dimana
pendapatnya dapat mempengaruhi masyarakat secara informal dalam suatu sistem
sosial.
2.2. Sejarah Opinion Leader
Istilah
opinion leader menjadi perbincangan dalam literatur komunikasi sekitar tahun
1950-1960-an sebelumnya literatur komunikasi sering digunakan kata-kata
influentials, influencers atau tastemakers untuk menyebut opinion leader.
Kemudian kata opinion leader lebih sering dikenal dimasyarakat pedesaan, sebab
pada saat itu tingkat media masih rendah serta pendidikan yang belum maju. Jadi
kebutuhan akan informasi dipedesaan diterima dari mereka yang mempunyai
pemahaman yang tinggi serta kebutuhan akan media yang tidak rendah.
Ada dua
pengelompokan opinion leader :
1.
Opinion Leader Aktif
(Opinion Giving)
Disini
seorang“Opinion leader” di sebut aktif jika ia sengaja mencari penerima atau
followers untuk mengumumkan atau mensosialisasikan suatu informasi. Contoh :
saat adanya program KB (Keluarga Berencana) yang bertujuan menegendalikan
pertumbuhan penduduk. Tapi bagi masyarakat desa hal ini masih terlalu baru dan
mereka belum mengenal apa itu KB sebenarnya, maka disini peranan opinion leader
tersebut dituntun untuk menyampaikan informasi bahwa program KB ini bertujuan
penting bagi kelangsungan masyarakat dipedesaan.
2.
Opinion Leader Pasif
(Opinion Seeking)
Dalam hal ini followers lebih aktif
mencari sumber informasinya kepada opinion leader, Hampir sama dengan contoh
yang pertama, akan tetapi di sini tergantung siapa yang aktif. Jika
Followersnya yang aktif maka di katagorikan Opinion Seeking, sedangkan jika
opinion leadernya yang aktif, di sebut sebagai opinion giving.
2.3.
Model Arus Komunikasi
Dalam proses komunikasi dikenal ada empat model arus alir
pesan, yakni model jarum injeksi (hypodermic needle model), model alir satu
tahap (one step flow model), model alir dua tahap (two step flow model) dan
model alir banyak tahap (multy step flow model). (Sardjono, 1989).
Masing-masing model mempunyai ciri khas dan pola yang berbeda satu sama lain
sehingga berbeda pula dalam arus peredaran komunikasinya.
Masing-masing model mempunyai kelebihan dan kekurangan
karena kurun wkatu dan tokoh yang memunculkannya juga berbeda satu dengan yang
lain. Tetapi yang lebih penting, akan ditunjukkan lewat model yang mana
pemimpin opini atau opinion leader (pemuka pendapat, pemimpin opini, tetua,
kepala adat) bisa berperan. Dengan kata lain, dimana letak pemimpin opini dan
bagaimana mereka mempengaruhi audience dalam arus utama komunikasi.
a. Model Jarum Injeksi.
Secara substansial, model ini adalah one step flow, artinya
arus komunikasi disampaikan secara satu arah saja (dari media massa kepada
audience). Dasar pemikiran model ini adalah bahwa khalayak bersikap pasif
terhadap berbagai macam informasi yang disebarkan/disiarkan media massa.
Sebaliknya media lebih aktif untuk mempengaruhi audience. Maka teori ini
disebut teori peluru (bullet theory). Jadi jika sebutir peluru tembakkan, ia
akan selalu menemukan sasaran, dan sasaran yang dimaksud tersebut adalah
khalayak.
b. Model Aliran Satu Tahap.
Pesan model aliran satu tahap ini, media massa langsung
berhubungan dengan audiencenya. Dengan kata lain, pesan yang disampaiakan
mengalir tanpa ada perantara (audience bisa langsung mengaskes langsung media).
Adapun perbedaan diantara keduanya adalah :
a. Model aliran satu tahap mengakui
bahwa media massa bukanlah all powerfull dan tidak semua media mempunyai
kekeuatan yang sama. Dan model jarum hypodermik menyakini bahwa media itu all
powerfull, ibarat peluru yang ditembakkan.
b. Aspek-aspek seleksi screening
(seleksi, penyaringan) di pihak audience (seperti selective exposure, selective
perception, selective retention) mempunyai impac pesan. Dengan kata lain,
pesan-pesan yang diterima sangat tergantung pada sistem seleksi yang ada pada
masing-masing audience.
c. Model aliran satu tahap mempengaruhi
kemungkinan timbulnya reaksi atau efek yang berbeda dikalangan audience
terhadap pesan-pesan dari media yang sama. Artinya pesan media yang sama
diterima beberapa audience belum tentu menimbulkan reaksi yang sama, begitu
pula dengan efek yang ditimbulkan. Tetapi dalam model jarum hipodemik, bahwa
pesan yang disampaikan media massa akan menimbulkan reaksi dan efek yang sama.
c. Model Aliran Dua Tahap
Dalam model ini pesan-pesan dari media massa tidak
seluruhnya langsung mengenai audience, tetapi pesan tersebut disampaikan oleh
pihak tertentu artinya pihak tertentu tersebut dikenal dengan opinion leader
(pemimpin opini/pemuka pendapat). Ada dua tahap penyampaian pesan dalam aliran
ini. Pertama pesan media pada opinion leader dan kedua pesan opinion leader
pada audience.
d. Model Aliran Banyak Tahap.
Pada prinsipnya., model ini adalah gabungan dari semua model
yang sudah disebutkan diatas. Model ini menyatakan bahwa pesan-pesan media
massa menyebar kepada audience atau khalayak melalui interaksi yang kompleks.
2.4. Monophily
dan Heterophily
Difusi
diidentifikasi sebagai jenis komunikasi khusus yang berhubungan dengan penyebaran
inovasi. Pada teori Two-Step Flow, opinion
leaders dan pengikutnya memiliki banyak kesamaan. Hal tersebut yang
dipandang dalam riset difusi sebagai homophily. Rogers mengemukakan bahwa “Homophilyis
the degree to witch pairs of individuals who intract are similar in certains
attributes”, yang berarti derajat yang sama
antara sepasang individu yang berinteraksi, atau tingkat dimana pasangan individu yang berinteraksi memiliki banyak
kemiripan sosial, contohnya keyakinan, pendidikan, nilai-nilai, status sosial
dan lain sebagainya. Lain halnya dengan heterophily,
”heterophily is the degree to which
pairs of individuals who interact are different in certain attributes”, yang
artinya tingkat di mana pasangan individu yang berinteraksi memiliki banyak
perbedaan. Persamaan dan perbedaan ini akan berpengaruh terhadap proses difusi
yang terjadi.
Homophily
sering terjadi karena komunikasi lebih efektif bila sumber dan penerima adalah
homophilous. Ketika dua individu berbagi makna umum, keyakinan, dan pemahaman
bersama, komunikasi antara mereka lebih mungkin untuk menjadi efektif. Individu
menikmati kenyamanan berinteraksi dengan orang lain yang serupa. Berbicara
dengan mereka yang sangat berbeda dari diri kita sendiri membutuhkan usaha
lebih untuk membuat komunikasi yang efektif. Heterophilous komunikasi antara
individu yang berbeda dapat menyebabkan disonansi kognitif karena seseorang
terkena pesan yang tidak sejalan dengan keyakinan yang ada, keadaan psikologis
tidak nyaman. Individu yang berangkat dari prinsip homophily dan berusaha untuk
berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda dari diri mereka sendiri sering
menghadapi frustrasi komunikasi tidak efektif. Perbedaan kompetensi teknis,
status sosial, kepercayaan, dan timah bahasa untuk arti salah, sehingga
menyebabkan pesan yang akan terdistorsi atau untuk pergi diabaikan.
Tetapi
komunikasi heterophilous memiliki potensi informasi khusus, meskipun mungkin
terjadi hanya jarang. Link jaringan Heterophilous sering menghubungkan dua
klik-klik, sehingga mencakup dua set individu sosial berbeda dalam suatu
sistem. Link-link antar heterophilous sangat penting dalam membawa informasi
tentang inovasi, seperti yang tersirat di (1973) teori Granovetter tentang
kekuatan hubungan lemah. Jadi, komunikasi homophilous mungkin sering dan mudah
tetapi mungkin tidak begitu penting karena komunikasi heterophilous kurang
sering dalam menyebarnya sebuah inovasi.
2.5. Monomorfik dan
Polimorfik
Ditinjau dari
penguasaan materinya, Pemuka pendapat (Opinion Leader) dapat di golongkan
menjadi dua tipe (Merton, 1949).
1.
Monomorfik
(Monomorphic) yaitu, Opnion Leader hanya menguasai satu permasalahan saja.
Dalam hal ini, opinion leader hanya mampu mengatasi satu permasalahan yang ada
di masyarakat ( Rogers, 1996)
2.
Polimorfik
(Polymorphic) yaitu, Opinion Leader menguasai lebih dari satu permasalahan.
Dalam hal ini, opinion leader semacam ini mempu mengatasi berbagai permasalahan
yang ada di masyarakat.
2.6. Cara Mengetahui Adanya Opinion
Leader
Ada Empat metode
utama untuk mengukur dan mengetahui adanya opinion leaders dan link jaringan
difusi :
1.
Metode Sosiometrik
Dalam metode ini, masyarakat ditanya
kepada siapa mereka meminta nasihat atau mencari informasi mengenai masalah
kemasyarakatan yang dihadapinya. Misalnya masalah itu mengenai difusi inovasi,
kepada masyarakat diajukan pertanyaan: “dari mana anda memperoleh informasi
tentang difusi inovasi?” jadi orang yang paling banyak mengetahui dan dimintai
nasihat tenteng masalah tersebut dialah yang disebut sebagai opinion leaders.
2.
Informants’ Ratings
Metode ini mengajukan pertanyaan
tertentu kepada orang /responden yang dianggap sebagai key informants dalam
masyarakat mengenai siapa yang dianggap masyarakat sebagai pemimpin mereka.
Jadi dalam hal ini responden tersebut haruslah jeli dalam mimilih siapa yang
benar-benar harus memimpin dalam masyarakat tersebut. Dari segi kepribadian,
pendidikan, serta tindakan yang dilakukannya terhadap masyarakat tersebut.
3.
Self-designating techniques
Metode ini mengajukan pertanyaan
kepada responden dan meminta tendensi orang lain untuk menunjuk siapa yang
mempunyai pengaruh. Misalnya. Apakah seseorang yang memerlukan suatu informasi
perlu meminta keterangan kepada ibu /bapak. Jika jawabannya tidak maka hal
tersebut belum menunjukkan siapa yang sering dimintai keterangan. Hal ini
sangat bergantung kepada ketepatan (akurasi) responden untuk mengindentifikasi
dirinya sebagai pemimpin.
4.
Observasi
Metode dimana penyidik
mengidentifikasi dan mencatat perilaku komunikasi dalam suatu sistem.Satu
keuntungan dari observasi adalah bahwa data yang biasanya memiliki tingkat
validitas yang tinggi.Jika link jaringan secara tepat diamati, tidak ada
keraguan tentang apakah mereka ada atau tidak.Pengamatan bekerja lebih baik di
sistem yang sangat kecil, dimana pengamat sebenarnya bisa melihat dan merekam
interaksi interpersonal yang terjadi.
Karakteristik
Opinion Leader.
Opinion leader
adalah orang yang mempunyai keungulan dari masyarakat kebanyakan. Adapun
karakteristik tersebut adalah :
1. Lebih
tinggi pendidikan formalnya dibanding dengan anggota masyarakat lainnya.
2.
Lebih tinggi status sosial ekonominya.
(SSE)
3.
Lebih inovatif dalam menerima dan
mengambil ide baru
4.
Lebih tinggi pengenalan medianya (media
exposure)
5.
Kemampuan empatinya lebih besar
6.
Partisipasinya lebih besar.
7.
Lebih Kosmopolit (mempunyai pengetahuan
dan wawasan yang luas).
Floyd Ruch juga
mengatakan syarat seorang pemimipin (termasuk pemimpin opini)
1. Social
perception, artinya seorang pemimpin harus dapat memiliki ketajaman dalam
menghadapi situasi.
2.
Ability in abstrac thinking, artinya
pemimpin harus memiliki kecakapan secara abstrak terhadap masalah yang
dihadapi.
3.
Emotional stability, artinya pemimpin
harus memiliki perasaan stabil, tidak mudah terkena pengaruh dari luar ( yang
tidak dinyakini dan bertoloak belakang dengan kenyakinan masyarakat). (Slamet
Santoso, 1992).
Pada
umumnya ciri-ciri yang melekat pada opinion leader tidak bisa dilekatkan secara
tajam pada para pemimpin desa. Sebab adakalanya batasan yang melekat tersebut
sangat tipis sekali antara opinion leader dengan followesnya. Dengan demikian
tidak bisa dikatakan bahwa ciri-ciri itu melekat pada opinion leader. Sedangkan
masyarakat tidak mempunyai ciri-ciri tersebut, salah satu keunggulan opinion
leader dibanding dengan masyarakat kebanyakan adalah opinion leader itu lebih
mudah menyesuaikan diri dengan masyarakatnya, lebih kompeten dan lebih tahu
memelihara norma yang ada. Menurut Homas (1961), “Seorang yang memiliki status
sosial yang tinggi (pemimin pendapat) akan senantiasa memelihara nilai-nilai
serta norma kelompoknya sebagai syarat minimal mempertahankan statusnya.
2.7.
Opinion
Leader dalam Sistem Komunikasi
Opinion leader menjadi
salah satu unsur yang sangat mempengaruhi arus komunikasi. Khususnya dipedesaan
berbagai perubahan dan kemajuan masyarakat sangat ditentukan oleh opinion
leader. Misalnya pemimpin opini bisa berperan memotivasi masyarakat agar ikut
serta secara aktif dalam pembangunan, untuk itulah selayaknya pemerintah
memberikan perhatian khusus terhadap pemuka pendapat ini. Bukan sebaliknya
malah menjatuhkan opinion leader tersebut. Misalnya tentang kepercayaan
masyarakat pada program pembangunan, selayaknya pemerintah memfungsikan peran
opinion leader sebagai tokoh sentral dalam pembanguanan di pedesaan.
Contoh kasus di Peru
pernah dilakukan kampanye inovasi kesehatan kepada penduduk desa yang dilakuakn
oleh Lembaga Pelanyanan Kesehatan. Lembaga ini telah berhasil melakukan program
tersebut di Amerika Latin dengan cara memotivasi penduduk untuk membuat jamban,
membakar sampah, melaporkan kasus-kasus penyakit yang mencurigakan ke Puskesmas
dan memasak air.
Opinion leader bukanlah
manusia yang serba tau akan segala hal, tetapi kelebihannya adalah bahwa mereka
diangap orang yang lebih peka dan in group serta tahu adat kebiasaamn
masyarakat. Mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi serta selalu siap memantu
perubahan sosial di lingkungannya.
Di desa ada suatu
kecenderungan dalam masyarakat, dimana warga masyarakat akan lebih sering
berkomunikasi sesama mereka dengan memilih tingkat pendidikan yang tidak
terlalu tinggi. Misalnya mereka akan lebih tertarik dengan individu yang hanya
lulusan SD dan SMP dibanding dengan lulusan universitas. Sebagaimana yang
dikatakan Everett M. Roger dan Shoemaker “bahwa orang – orang yang paling
tinggi status sosialnya dalam sisitem sosial jarang sekali untuk berinteraksi
langsung dengan orang-orang yang paling rendah status sosialnya.
Dalam penelitian Van de
Ban (1963) di Belanda menemuan fakta bahwa apa yang dilakuakan oleh pemuka
pendapat cenderung diikuti oleh masyarakat. Pemuka pendapat mempunyai gradasi
homofili yan lebih baik dibanding dengan pihak lain. Homofili artinya suatu
tingkat dimana pasanga individu yang berinteraksi sepadan dalam hal tertentu,
seperti suatu kepercayaan, nilai-nilai, pendidikan dan status sosial. Homofili
kebalikan kata dari heterofili. Jika homofili dalam sistem sosial itu tinggi,
maka komunikasi akan sangat mudah untuk dilakukan, tapi heterofili suatu
interaksi dalam berkomunikasi yang belum mempunyai dasar dalam bentuk
kepercayaan untuk melakukan hal tersebut.
2.8. Penerapan Opinion Leader di Indonesia
Sebagaimana sudah diketahui sebelumnya, kajian tentang
pemimpin opini ini awalnya muncul di Amerika seperti yang ditunjukkan oleh Paul
Lazarefeld dan kawan-kawan. Oleh karena itu model-model arus informasi yang
mendekati pembahasan pemimpin opini ini adalah model two step flow. Artinya
media massa tidak langsung mengenai audiencenya tetapi melalui pemimpin
opininya. Kemudian informasi yang didapatkan tadi disampaikan kepada para
pengikutnya.
Maksudnya pemuka pendapat disini
adalah seseorang yang relatif dapat mempengaruhi sikap dan tigkah laku orang
lain untuk bertindak dalam suatu tata cara tertentu. Tapi seiring dengan
tingkat perkembangan media massa dan zaman. Lambat laun pemimpin opini ini
ditinggalkan karena para audiencenya (pengikut) telah menentukan sikap dan
perilaku sendiri, sebab secara tidak langsung mereka telah mampu mengaskes
media massa. (Rogers dan Shoemaker, 1987:31).
a.
Opinion leader dalam
komunikasi
Opinion leaders menjadi
salah satu unsur yang sangat mempengaruhi arus komunikasi. Khususnya dipedesaan
berbagai perubahan dan kemajuan masyarakat sangat ditentukan oleh opinion leaders. Misalnya pemimpin
opini bisa berperan memotivasi masyarakat agar ikut serta secara aktif dalam
pembangunan, untuk itulah selayaknya pemerintah memberikan perhatian khusus
terhadap pemuka pendapat ini. Bukan sebaliknya malah menjatuhkan opinion leaders tersebut. Misalnya
tentang kepercayaan masyarakat pada program pembangunan, selayaknya pemerintah
memfungsikan peran opinion leaders
sebagai tokoh sentral dalam pembanguanan di pedesaan.
Di desa ada suatu kecenderungan
dalam masyarakat, dimana warga masyarakat akan lebih sering berkomunikasi
sesama mereka dengan memilih tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi.
Misalnya mereka akan lebih tertarik dengan individu yang hanya lulusan SD dan
SMP dibanding dengan lulusan universitas. Sebagaimana yang dikatakan Everett M.
Roger dan Shoemaker “bahwa orang–orang yang paling tinggi status sosialnya
dalam sisitem sosial jarang sekali untuk berinteraksi langsung dengan
orang-orang yang paling rendah status sosialnya.”
b.
Opinion Leader dalam
Kehidupan Politik.
Pemimpin opini adalah mereka yang punya otoritas
tinggi dalam menentukan sikap dan perilaku pengikutnya. Bukan dari kedudukan,
jabatan politik tetapi karena kewibawaan, ketundukan, kharisma, mitos yang
melekat padanya atau karena pengetahuan serta pengalaman yang dimilikinya.
Sebab pada saat sekarang banyak para pemimpin politik yang hanya disanjung
dengan jabatannya saja. Sebagai contoh Megawati dan Gus Dur ditempatkan sebagai
pemimpin opini dalam politik. Karena keduanya mampu menentukan sikap dan
perilaku pengikutnya. Megawati bisa “memaksa” pengikutnya untuk memilih PDI-P,
apa pun yang terjadi pada partai tersebut, begitu juga Gus Dur bisa menentukan
pengikutnya untuk terus mendukung dirinya pada tanda gambar PKB
Mengapa
Megawati dan Gus Dur dianggap sebagai pemimpin opini.
1.
Megawati dan Gus Dur menjadi panutan pengikutnya,
panutan tersebut tidakberdasarkan ketundukan rasional tetapi ketundukan
irasional. Kata lainnya apa pun yang dilakukan kedua pemimpin tersebut baik dan
buruk lebih cenderung diikuti pengikutnya. Bahkan gaya kepemimpinan keduanya
lebih didasarkan pada kepemimpinan yang kharismatik.
2.
Mereka menentukan apa yang harus dilakukan
pengikutnya. Contoh, jika keduanya bilang massa bergerak ke kiri, mereka akan
bergerak ke kiri.
3.
Peran keduanya juga mengukuhkan bahwa media massa
punya pengaruh yang kecil dalam mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakatnya.
Artinya meskipun media massa tersebut menolak ide kedua orang tersebut, tetapi
masyarakat tak jarang mencari informasi yang benar untuk mendukung dan mematuhi
pendapat pemimpin opininya.
Hubungan
antara pemimpin opini dalam politik dengan masyarakat di Indonesia adalah
sebagai berikut :
1.
Pemimpin opini sangat berpengaruh dalam mempengaruhi
proses kebijakan politik di Indonesia.
2.
Pemimpin opini juga bisa menolak kebijakan pemerintah
3.
Pemimpin opini tidak boleh dipandang sebelah mata agar
keinginan pemerintah terpenuhi. Maksudnya, pembangunan tidak akan berhasil jika
pemerintah tidak mendapat dukungan penuh dari pemimpin opini. Malah sebaliknya
pemimpin opini inilah kunci utama keberhasilan program pemerintah terutama di
daerah pedesaan.
c.
Opinion Leader dalam
Kehidupan Sosial.
Peranan
pemimpin opini dalam kehiduan sosial di Indonesia juga tidak bisa dibilang
rendah. Karena pemimpin opini sangat dipercaya dalam masyarakatnya. Ia ikut
dalam menentukan berbagai perilaku masyarakatnya. Di Indonesia, pemimpin opini
ikut menentukan apakah program keluarga berencana (KB) yang dikampayekan
pemerintah pada tahun 70-an sukses atau tidak. Secara terang-terangan di sebuah
kantor Kepala Desa di Patala, Jetis, Bantul Yogyakarta ditulis bahwa para Kiai
dan tokoh masyarakat lain mendukung gerakan program KB tersebut, bahkan KB
dianggap halal dan sah. Kampaye lewat tulisan ini penting agar masyarakat yang
semula ragu terhadap program KB tidak sangsi untuk memakai alat kontrasepsi.
Bisa dibanyangkan bagaimana jika program KB ini tidak mendapat dukungan dari
para pemimpin opini, sekuat apa pun keinginan pemerintah atau dipaksa dengan
cara apa pun masyarakat tentu tidak akan menganggap KB sebagai program baru yang
justru membatasi anak.
Masa Depan Opinion Leadership di Indonesia.
Masa depan opinion leader di Indonesia ditandai oleh beberapa
poin penting dibawah ini
a.
Masuknya
teknologi komunikasi di pedesaan telah menyebabkan munculnya jarak sosial
antara pemimpin opini dengan masyarakatnya.
b.
Dengan
masuknya teknologi, hubungan yang selama ini terbina antara pemimpin opini
dengan masyarakat itu sendiri kian memudar. Masalahnya, acara pengajian,
penyebarluasan informasi yang bisa dilakuaka secara face to face sudah
didapatkan lewat saluran komunikasi massa (televisi).
c.
Teknologi
yang masuk ke desa telah mengubahm muatan penting dalam komunikasi. Sebelum
masuk teknologi, hubungan antara masyarakat lebih didasarkan pada perasaan
salind memiliki dan rela berkorban. Tapi setelah masuknya teknologi tersebut
telah mengubah pola pikir masyarakat dan budaya masyarakat menjadi lebih
konsumtif.
d.
Walaupun
kepercayaan terhadap pemimpin opini sedikit berkurang, tetapi para pemimpin
opini ini masih sangat berperan kuat dalam mempengaruhi sikap serta perilaku
pengikutnya di desa. Bahkan dampak positifnya, pemimpin opini juga bisa
memberikan pengaruh tidak hanya dalam masalah dimasyarakat desa, tetapi juga
bisa mempengaruhi sikap dan perilaku memilih dalam politik.
Bab III
Penutup
3.1.
Kesimpulan
Opinion leaders dapat dikatakan sebagai
orang-orang berpengaruh, yakni orang-orang tertentu yang mampu memengaruhi
sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya,
orang berpengaruh ini dapat menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi
penentang. Ia (mereka) berperan sebagai model dimana perilakunya (baik
mendukung atau menentang) diikuti oleh para pengikutnya. Opinion leaders bukanlah manusia yang serba tau akan
segala hal, tetapi kelebihannya adalah bahwa mereka diangap orang yang lebih
peka dan in group serta tahu adat kebiasaamn masyarakat. Mereka memiliki jiwa
sosial yang tinggi serta selalu siap memantu perubahan sosial di lingkungannya.
3.2
Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah
ini, dapat menambah wawasan bagi yang membaca makalah ini. Maka dari itu, kami
harapkan kritik dan saran untuk menjadi tambahan maupun perbaikan terhadap
makalah dan pengetahuan kami kedepannya.
Daftar
Pustaka
Nurudin. Sistem
Komunikasi Indonesia. 2004. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Panuju, Redi. 1997. Sistem Komunikasi Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Panuju, Redi. 1997. Sistem Komunikasi Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arifin, Anwar.2011.Sistem
Komunikasi Indonesia.Bandung : Remaja Rosda Karya