I.
PENDAHULUAN
Pembahasran tentang komunikasi
politik memang telah menjadi hal yang lazim karena setiap apa yang terjadi
dalam kehidupan tak pernah terlepas dan selalu berhubungan dengan politik.
Kenyataan yang demikian tentunya menimbulkan berbagai macam respon ataupun
tanggapan yang semuanya harus disampaikan melalui sebuah komunikasi.
Berbicra masalah pengertian
kounikasi politik, tentunya perlu diketahui pengartian masing-masingnya.
Komunikasi merupakan hubungan secara langsung atau tidak langsung, secara
tertulis atau tidak tertulis seorang pemberi pesan kepada orang lain sebagai penerima pesan yang
berisi informasi melalui media tertentu. Menurut Lasswell komunikasi politik
mencakup : pesan politik, persuasi atau ajakan politik, media politik, khalayak
politik adn dampak politik.
Roelofs (dalam Sumarno &
Suhandi, 1993) mendefinisikan komunikasi politik sebagai komunikasi yang materi
pesan-pesan berisi politik yang mencakup masalah kekuasaan dan penempatan pada
lembaga-lembaga kekuasaan (lembaga otoritatif). Definisi ini menggunakan
pendekatan kekuasaan dan kelembagaan (baca: pandangan politik).
Secara sederhana, komunikasi
politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan
politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan,
dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan,
komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa
dipahami sebagai komunikasi antara “yang memerintah” dan “yang diperintah”.
Mengkomunikasikan politik
tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya telah dilakukan oleh siapa saja:
mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung, dan seterusnya. Dalam
praktiknya, komuniaksi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari.
Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi,
dan kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik.
Berbagai penilaian dan analisis orang awam berkomentar soal kenaikan BBM, ini
merupakan contoh kekentalan komunikasi politik. Sebab, sikap pemerintah untuk
menaikkan BBM sudah melalui proses komunikasi politik dengan mendapat
persetujuan DPR
Sedangkan politik adalah
usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan mewujudkan
kebaikan bersama. Aristoteles (dalam The Politics, 1972) berpendapat bahwa
urusan-urusan yang menyangkut kebaikan bersama memiliki moral yang lebih tinggi
dari pada urusan-urusan yang menyangkut kepentingan swasta (kelompok
masyarakat). Manusia merupakan makluk politik dan sudah menjadi hakekat manusia
untuk hidup dalam polis (negara kota). Kebaikan bersama adalah kepentingan
pemerintah, karena lembaga pemerintah dibentuk untuk menyelenggarakan kebaikan
bersama.
Namun secara universal politik adalah hal-hal yang menyangkut interaksi pemerintah dan
masyarakat, dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat
tentang kebaikan bersama bagi masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah
tertentu.
Dari kedua pengertian
tersebut dapat diartikan bahwa komunikasi politik merupakan hubungan vertikal
maupun horizontal antara pemerintah dengan rakyat, rakyat dengan pemerintah,
pemerintahan dengan pemrintah yang berbicara atau berkomunikasi tentang politik
melalui media tertentu. Dalam komunikasi politik tentunya banyaka hal yang
perlu dibahas dan diketahui, salah satuya adalah komunikator politik.
II.
ISI
A. Komunikator
Politik
Komunikator Politik
merupakan orang (pemerintah) yang menyampaikan pesan politik kepada penerima
pesan (rakyat). Artinya seorang komunikator politik haruslah orang yang
mengetahui selukbeluk politik dan mngemrti akan perkembangan politik agar pesan
yang disampaikannya memberi pengaruh yang baik kepada rakyat. Dalam arti lain
elit politik dalam berkomunikasi harus kompeten dibidangnya.
Orang yang kompeten dalam konukator politik
trsebut oleh Dan Nimmo (1989) diklasifikasikan komunikator utama dalam politik
sebagai berikut:
1.
politikus;
2.
professional;
dan
3.
aktivis.
1. Politikus
Politikus adalah orang yang bercita-cita untuk dan
atau memegang jabatan pemerintah, tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk,
atau pejabat karier, dan tidak mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif,
legislatif, atau yudukatif. Daniel Katz (dalam Nimmo, 1989) membedakan
politikus ke dalam dua hal yang berbeda berkenaan dengan sumber kejuangan
kepentingan politikus pada proses politik. Yaitu: politikus ideolog
(negarawan); serta politikus partisan.
a. Politikus
ideolog adalah orang-orang yang dalam proses politik lebih
memperjuangkan kepentingan bersama/publik. Mereka tidak begitu terpusat
perhatiannya kepada mendesakkan tuntutan seorang langganan atau kelompoknya.
Mereka lebih menyibukkan dirinya untuk menetapkan tujuan kebijakan yang lebih
luas, mengusahkan reformasi, bahkan mendukung perubahan revolusioner-jika hal
ini mendatangkan kebaikan lebih bagi bangsa dan negara.
b. Politikus
partisan adalah orang-orang yang dalam proses politik lebih
memperjuangan kepentingan seorang langganan atau kelompoknya.
2. Profesional
Profesional adalah orang-orang yang mencari
nafkahnya dengan berkomunikasi, karena keahliannya berkomunikasi. Komunikator
profesional adalah peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan dari
revolusi komunikasi yang sedikitnya mempunyai dua dimensi utama: munculnya
media massa; dan perkembangan serta merta media khusus (seperti majalah untuk
khalayak khusus, stasiun radio, dsb.) yang menciptakan publik baru untuk
menjadi konsumen informasi dan hiburan. Baik media massa maupun media khusus
mengandalkan pembentukan dan pengelolaan lambang-lambang dan khalayak khusus.
Di sini masuklah komunikator profesional ”yang
mengendalikan keterampilan yang khas dalam mengolah simbol-simbol dan yang
memanfaatkan keterampilan ini untuk menempa mata rantai yang menghubungkan
orang-orang yang jelas perbedaannya atau kelompo-kelompok yang dibedakan”.
James Carey (dalam Nimmo, 1989) mengatakan bahwa komunikator profesional adalah
makelar simbol, orang yang menerjemahkan sikap, pengetahuan, dan minat suatu
komunitas bahasa ke dalam istilah-istilah komunitas bahasa yang lain ang
berbeda tetapi menarik dan dapat dimengerti.
Komunikator profesional beroperasi (menjalankan kegiatannya)
di bawah desakan atau tuntutan yang, di satu pihak, dibebabnkan oleh khalayak
akhir dan, di lain pihak , oleh sumber asal. Seperti politikus yang dapat
dibedakan politikus ideolog dan partisan, profesional mencakup para jurnalis pada satu sisi, dan para promotor pada sisi lain.
a.
Jurnalis
sebagai siapun yang berkaitan dengan media berita dalam pengumpulan, persiapan,
penyajian, dan penyerahan laporan mengenai peristiwa-peristiwa. Ini meliputi
reporter yang bekerja pada koran, majalah, radio, televisi, atay media lain;
koordinator berita televisi; penerbit; pengarah berita; eksekutif stasiun atau
jaringan televisi dan radio; dan sebagainya. Sebagai komunikator profesional,
jurnalis secara khas adalah karyawan organisasi berita yang menghubungkan sumber
berita dengan khalayak. Mereka bisa mengatur para politikus untuk berbicara
satu sama lain, menghubungkan politikus dengan publik umum, menghubungkan
publik umum dengan para pemimpin, dan membantu menempatkan masalah dan
peristiwa pada agenda diskusi publik.
b. Promotor adalah orang yang dibayar untuk
mengajukan kepentingan langganan tertentu. Yang termasuk ke dalam promotor
adalah agen publisitas tokoh masyarakat yang penting, personel hubungan
masyarakat pada organisasi swasta atau pemerintah, pejabat informasi publik
pada jawatan pemerintah, skretaris pers kepresidenan, personel periklanan
perusahaan, manajer kampanye dan pengarah publisitas kandidat politik,
spesialis teknis (kameraman, produser dan sutradara film, pelatih pidato, dsb.)
yang bekerja untuk kepentingan kandidat politik dan tokoh masyarakat lainnya,
dan semua jenis makelar simbol yang serupa.
3. Aktivis
Aktivis adalah komunikator politik utama yang
bertindak sebagai saluran organisasional dan interpersonal. Pertama, terdapat jurubicara bagi kepentingan yang
terorganisasi. Pada umumnya orang ini tidak memegang ataupun mencita-citakan
jabatan pada pemerintah; dalam hal ini komunikator tersebut tidak seperti
politikus yang membuat politik menjadi lapangan kerjanya. Jurubicara ini
biasanya juga bukan profesional dalam komunikasi. namun, ia cukup terlibat baik
dalam politik dan semiprofesional dalam komunikasi politik. Berbicara untuk
kepentingan yang terorganisasi merupakan peran yang serupa dengan peran
politikus partisan, yakni mewakili tuntutan keanggotaan suatu organisasi. dalam
hal lain jurubicara ini sama dengan jurnalis, yakni melaporkan keputusan dan
kebijakan pemerintah kepada anggota suatu organisasi.
Kedua, terdapat pemuka pendapat yang bergerak dalam jaringan interpersonal.
Sebuah badan penelitian yang besar menunjukkan bahwa banyak warga negara yang
dihadapkan pada pembuatan keputusan yang bersifat politis, meminta petunjuk
dari orang-orang yang dihormati mereka. Apakah untuk mengetahui apa yang harus
dilakukannya atau memperkuat putusan yang telah dibuatnya. Orang yang dimintai
petunjuk dan informasinya itu adalah pemuka
pendapat. Mereka tampil dalam dua bidang:
a.
Mereka
sangat mempengaruhi keputusan orang lain; artinya, seperti politikus ideologis
dan promotor profesional, mereka meyakinkan orang lain kepada cara berpikir
mereka.
b.
Mereka
meneruskan informasi politik dari media berita kepada masyarakat umum. Dalam arus komunikasi dua tahap gagasan
sering mengalir dari media massa kepada pemuka pendapat dan dari mereka kepada
bagian penduduk yang kurang aktif . banyak studi yang membenarkan pentingnya
kepemimpinan pendapat melalui komunikasi interpersonal sebagai alat untuk
mengetahui peristiwa-peristiwa yang penting.
B.
Komunikator Politik dan Kepemimpinan
Politik
Nimmo menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu
hubungan di antara orang-orang di dalam suatu kelompok yang di dalamnya satu
atau lebih orang (pemimpin) mempengaruhi yang lain (pengikut) di dalam setting tertentu. Lebih lanjut,
Ilmuwan politik merangkumkan kecenderungan yang membedakan pemimpin dan bukan
pemimpin di dalam kelompok.
Pemimpin memperoleh kepuasan yang beragam karena
menjadi anggota kelompok; lebih kuat dalam memegang nilai-nilai mereka;
memiliki kepercayaan yang lebih besar tentang kelompok itu dan hubungannya
dengan kelompok lain, pemerintah, masalah politik, dan sebagainya; kurang
kemungkinannya untuk berubah kepercayaan, nilai, dan pengharapannya karena
tekanan yang diberikan kepadanya; lebih mungkin membuat keputusan mengenai
kelompok berdasarkan kepercayaan, nilai dan pengharapan sebelumnya; dan lebih
berorientasi kepada masalah, terutama mengenai masalah yang menyangkut
perolehan material, alih-alih kepuasan yang kurang nyata atau pertanyaan yang
penuh emosi.
Lebih dari itu, yang dilakukan pemimpin adalah
melakukan kegiatan berorientasi tugas,
yaitu menetapkan dan bekerja untuk mencapai prestasi atau tujuan kelompok,
mengorganisasi agar pekerjaan dapat dapat diselesaika; juga melakukan kegiatan berorientasi orang, sosial, atau emosi seperti perhatian
terhadap keinginan dan kebutuhan pengikut, penciptaan hubungan pribadi yang
hangat, pengembangan rasa saling percaya, pengusahaan kerja sama, dan
pencapaian solidaritas sosial.
Jika dihubungakn antara pemimpin denagn
komunikator politik maka bagi komunikator politik, untuk menjadi pemimpin
politik ia harus berperilaku sebagaimana yang diharapkan orang terhadap
pemimpin; pengikut mengaitkan kepemimpinan dengan orang yang sesuai dengan
pengertian mereka tentang apa pemimpin itu. Beberapa komunikator merupakan
pemimpin karena posisi yang diduduki mereka di dalam struktur sosial atau
kelompok terorganisasi yang ditetapkan dengan jelas.
Di luar organisasi mungkin mereka tidak banyak
artinya bagi orang. Komunikator seperti itu kita sebut pemimpin organisasi. Namun, komunikator yang tidak menduduki
posisi yang ditetapkan dengan jelas; atau, jika menduduki posisi demikian,
mereka berarti bagi orang karena alasan di luar peran keorganisasian.
Komunikator politik yang merupakan pemimpin karena arti yang ditemukan orang
dalam dirinya sebagai manusia, kepribadian, tokoh yang ternama, dan sebagainya,
kita beri nama pemimpin simbolik.
Jelas bahwa sebagian besar politikus, komunikator
profesional, dan aktivis politik adalah pemimpin organisasi. pejabat terpilih,
atau karier mempunyai posisi formal kepemimpinan di dalam jaringan komunikasi
yang terorganisasi yang membentuk pemerintah. Komunikator
profesional sering merupakan karyawan organisasi-wartawan yang bekerja pada
organisasi media massa, dan promotor sebagai anggota organisasi memublikasikan
kepentingan perusahaan, jawatan pemerintah, kandidat atau partai politik.
Jurubicara sebagai komunikator aktivis adalah pembela organisasi. dari
komunikator politik utama yang dilukiskan lebih dulu, hanya pemuka pendapat
yang bekerja melalui keakraban yang disediakan oleh jaringan komunikasi
interpersonal berada terutama di luar struktur organisasi yang diformalkan.
Contoh kejadian seorang komunikator memiliki kepemimpinan dan kepengikutan
adalah cara komplementer untuk meninjau suatu transaksi tunggal.
- Bagi para pemimpin ada beberapa ganjaran, misalnya, pemimpin mempunyai peluang yang lebih besar untuk menguasai keadaan dan mengendalikan nasibnya. Lebih dari itu, ada sesuatu yang menarik dalam kemampuan mempengaruhi orang lain, menegaskan kekuasaan di dalam kelompok, dan bahkan memberikan keuntungan dan kerugian. Kemudian ada ganjaran ekonomis. Pemimpin organisasi biasanya menduduki posisi dengan gaji yang menarik; pemimpin simbolik sering mendapat bantuan keuangan dari pendukung yang kaya. Apa lagi, ada keuntungan yang meningkat karena memiliki status yang lebih tinggi, baik dalam arti bahwa anggota-anggota kelompok menaruh rasa hormat kepada pemimpin mereka maupun dalam arti bahwa pemimpin itu menguasai cukup sumber nafkah melalui dukungan para pengikutnya –tinggal di rumah mewah, pasukan sekretaris dan asisten, transportasi yang nyaman, orang-orang yang melayani- semua ini bisa merupakan milik yang menyenangkan dan menjadi ganjaran yang pantas bagi para pemimpin.
- Bagi para pengikut ada beberapa keuntungan yang didapatkannya. Perlu diyakinii ada tiga keuntungan utama yang diperoleh pengikut dari transaksi kepemimpinan-kepengikutan. Pertama, ada keuntungan material yang terdiri atas ganjaran berupa barang dan jasa; kedua, keuntungan solidaritas yang berupa ganjaran sosial atau hanya bergabung dengan orang lain dalam kegiatan bersama –sosialisasi, persahabatan, kesadaran status, identifikasi kelompok, keramahan, dan kegembiraan; ketiga, keuntungan ekspresif yang berupa keuntungan ketika tindakan yang bersangkutan mengungkapkan kepentingan atau nilai seseorang atau kelompok, bukan secara intrumental mengejar kepentingan atau nilai. Beberapa orang , misalnya, mendapat kepuasan hanya dengan mendukung seorang calon politik sebagai cara mengatakan kepada orang lain bahwa mereka menentang kejahatan, atau perang, atau kemiskinan, atau korupsi.
Jika dirangkum, terdapat ikatan di antara pemimpin
dan pengikut yang ditempa oleh kepuasan material, sosial, dan emosional yang
diturunkan orang dari keikutsertaan dalam politik. Kepuasan ini, terutama yang
kurang berwujud, yaitu jenis sosioemosional, muncul di dalam dan melalui proses
komunikasi. komunikasi menciptakan, mendorong, atau menghancurkan rasa
solidaritas di antara orang-orang dan rasa puas pribadi dalam mengungkapkan
harapan dan cita-cita, ketakutan dan kegelisahan orang. Kemudian, sampai taraf
yang sangat luas, ikatan antara pemimpin dan pengikut adalah ikatan komunikasi.
Oleh sebab itu, komunikator politik utama memainkan peran strategis, bertindak
sebagai pemimpin politik dengan menyiarkan pesan-pesan yang oleh para
pengikutnya dianggap berarti dan memuaskan, sesuai dengan kepentingan dan nilai-nilai
yang mereka yakini.
C.
Komponen Efektivitas Komunikator Politik
Dalam komunikasi politik,
komunikator politik merupakan salah satu faktor yang menentukan efektivitas
komunikasi. Beberapa studi
mengidentifikasi sejumlah karakteristik yang mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain. Richard E. Petty dan John T. Cacioppo
dalam bukunya Attitudes and
Persuasion: Classic and Contemporary Approaches, dikatakan bahwa ada
empat komponen yang harus ada pada komunikator politik, yaitu communicator credibility, communicator
attractiveness, communicator similarity dan communicator power (Petty, 1996).
1. Kredibilitas
Kredibilitas sumber mengacu pada sejauh mana sumber dipandang memiliki
keahlian dan dipercaya. Semakin ahli dan dipercaya sumber informasi, semakin
efektif pesan yang disampaikan. Kredibilitas mencakup keahlian sumber (source expertise) dan kepercayaan
sumber (source trustworthiness).
a.
Keahlian
sumber
Keahlian sumber adalah tingkat pengetahuan yang dimiliki
sumber terhadap subjek di mana ia berkomunikasi. Sementara kepercayaan
sumber adalah sejauh mana sumber dapat memberikan informasi yang tidak
memihak dan jujur. Para peneliti telah menemukan bahwa keahlian dan kepercayaan
memberikan kontribusi independen terhadap efektivitas sumber. Karena sumber
yang sangat kredibel menghalangi pengembangan argumen tandingan, maka sumber
yang kredibel menjadi lebih persuasif dibanding sumber yang kurang kredibel
b. Aspek kepercayaan
Aspek Keprcayaan memiliki
indikator-indikator antara lain tidak memihak, jujur, memiliki integritas,
mampu, bijaksana, mempunyai kesungguhan dan simpatik.
2. Daya tarik
Daya tarik seorang komunikator bisa
terjadi karena penampilan fisik, gaya bicara, sifat pribadi, keakraban,
kinerja, keterampilan komunikasi dan perilakunya. Daya tarik fisik
sumber (source physical attractiveness)
merupakan syarat kepribadian . Daya tarik fisik komunikator yang menarik umumnya
lebih sukses daripada yang tidak menarik dalam mengubah kepercayaan. Beberapa item yang
menggambarkan daya tarik seseorang adalah tampan atau cantik, sensitif, hangat,
rendah hati, gembira, dan lain-lain.
3. Kesamaan
Sumber disukai oleh audience bisa jadi karena sumber tersebut mempunyai kesamaan
dalam hal kebutuhan, harapan dan perasaan. Dari kacamata audience maka sumber tersebut adalah
sumber yang menyenangkan (source
likability), yang maksudnya adalah perasaan positif yang dimiliki
konsumen (audience) terhadap
sumber informasi. Mendefinisikan
menyenangkan memang agak sulit karena sangat bervariasi antara satu orang dan
orang lain. Namun secara umum, sumber yang menyenangkan mengacu pada sejauh
mana sumber tersebut dilihat berperilaku sesuai dengan hasrat mereka yang
mengobservasi. Jadi, sumber dapat menyenangkan karena mereka bertindak atau
mendukung kepercayaan yang hampir sama dengan komunikan.
Sumber yang
menyenangkan (sesuai kebutuhan, harapan, perasaan komunikan) akan
mengkontribusi efektivitas komunikasi, bahkan lebih memberikan dampak pada
perubahan perilaku. Bila itu terjadi, sumber tersebut akan menjadi penuh arti
bagi penerima, artinya adalah bahwa sumber tersebut mampu mentransfer arti ke
produk atau jasa yang mereka komunikasikan.
4. Power
Sumber yang mempunyai power, menurutnya, akan lebih
efektif dalam penyampaian pesan dan penerimaannya daripada sumber yang kurang
atau tidak mempunyai power. Pada dasarnya, orang akan mencari sebanyak mungkin
penghargaan dan menghindari hukuman. Sebagaimana dikemukakan oleh Kelman
Jadi pada dasarnya harus ada tiga syarat untuk menjadi
seorang powerful communicator,
yaitu:
1.
the recipients
of the communication must believe that the source can indeed administer rewards
or punishments to them;
2.
recipients
must decide that the source will use theses rewards or punishments to bring
about their compliance;
3.
the recipients
must believe that the source will find out whether or not they comply.
Dengan dihasilkan dan
terpeliharanya kepatuhan, artinya komunikator dapat mempengaruhi atau
mempersuasi perilaku komunikan. Dalam upayanya mempersuasi komunikan, biasanya
ada dua faktor penunjang yang harus diperhatikan pula oleh komunikator. Dua
faktor tersebut adalah keterlibatan sumber dan kepentingan isu bagi penerima.
Keterlibatan yang tinggi menghasilkan efektivitas pesan yang tinggi pula, dan
isu yang semakin dekat dengan kepentingan penerima biasanya akan lebih mendorong
efektivitas pesan.
III. PENUTUP
Kesimpulan
Pada peristiwa
komunikasi yang manapun, faktor komunikator merupakan suatu unsur yang penting
sekali peranannya. Sekalipun nantinya keberhasilan komunikasi yang dimaksud
secara menyeluruh bukan hanya ditentukan oleh sumber, namun mengingat fungsinya
sebagai pemrakarsa dalam aktifitas yang bersangkutan, maka bagaimanapun juga
dapat dilihat betapa menentukannya peran tersebut. Karena itu dalam mengamati
proses komunikasi politik, perlu sekali terlebih dahulu memahami karakteristik
masing-masing komunikator tersebut, setidak-tidaknya secara umum, guna
mendapatkan gambaran tentang bagaimana kelak kemungkinan-kemungkinan yang
timbul baik dalam berlangsungnya proses komunikasi itu sendiri, maupun dalam
keseluruhan hasil komunikasi yang dilakukan.
Komunikasi politik menjadikan
seorang elit politik yang kredibel di bidangnya menjadi sumber utama dalam
proses hubungan pesan politik antara pemerintah dan masyarakat yang walaupun
keberadan pemerintah disini juga sebagai seorang komunikator politik. Dilain
hal seseorang dapat dikatan sebagai seorang komunikator politik adalah karana
dia adalah seorang Politikus, orang yang memiliki cita2 untuh pemerintahan yang
baik untuk sebuah kesamaan kebutuhan untuk masyarakat.
Dapat dikatakan sebagai
komunikator politik apabila orang tersebut adalah orang yang profesional yaitu orang-orang
yang mencari nafkahnya dengan berkomunikasi, karena keahliannya berkomunikasi.
Komunikator profesional adalah peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil
sampingan dari revolusi komunikasi yang sedikitnya mempunyai dua dimensi utama:
munculnya media massa; dan perkembangan serta merta media khusus. Sehingga
keprofesinalannya dapat dipertanggungjawabkan.
Selanjutnya seseorang
dikatakan sebagai seorang komunikator politik adalah Aktivis. Aktifis adalah
komunikator politik utama yang bertindak sebagai saluran organisasional dan
interpersonal. Posisi mereka dapat dikatakan tangan kedua, maksudnya mereka
mampu untuk mempengaruhi keputusan orang lain dengan cara berfikir mereka,
serta mereka juga mampu meneruskan informasi politik yang belum sampai pada
masyarakat.
Dalam komunikasi politik sebai
seoran komunikatorseorang elit politik harus memiliki kredibelitas sebagai
suatu keahlian dimana setiap informasi dan pesan yang disampaikannya dapat
dipercaya oleh orang lain. Mereka juga harus memiliki daya tarik dari setiap
kompenen yang bisa mendukung dirinya untuk tampil sebagi pembawa pesan politik,
memiliki kesamaan kebutuhan atas masyarakat, serta memiliki power untuk
mempertegas dan meyakinkan orang lain bahwa pesan dan apa yang dilakukakannya
dipercaya orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Dan Nimmo, 1989. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan
Media (Edisi Terjemahan oleh Tjun Surjaman). Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Abdul Rahman.
Skripsi. Partisipasi Masyarakat
Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bukittinggi
2006-2010. Petty, Richartd. E. and John T. Cacioppo. 1996. Catatan
kaki. Fisip Unand.
Zulkarnaen Nasution, 1990, Komunikasi
Politik Suatu Pengantar, Jakarta: Yudhistira.
www.fisipui.com. Sutrisno Santoso. Macam-macam
komunikator politikk.
google.com.
Komunikasi politik.