KATA PENGANTAR
Puji
syukur
kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT
,Tuhan YME yang telah memberi karunia kepada kami , sehingga makalah ini dapat
di susun sebagai wujud kontribusi kami pada pemahaman tentang
Atraksi dalam Komunikasi Interpersonal dan Hubungan Interpersonal.
Ucapan
terima kasih sampaikan kepada dosen kami ibu Nurjanah M.Si, yang telah
membimbing, mengajar, dan telah mendukung ,serta sera kepada seluruh
teman-teman ,yang senantiasa mengapresiasi pemahaman terhadap administrasi
organisasi manajemen.
Kami
memahami bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna , oleh karena itu kami mohon
maaf yang sebesar-besar nya.
Harapan
kami semoga makalah kami dapat diterima sebagai wujud dedikasi kami
dalam pembelajaran mata kuliah Psikologi Komunikasi yang tengah
kami tempuh ini .
Pekanbaru, 13 April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Mengetahui
garis-garis atraksi dan penghindaran dalam sistem sosial artinya mampu
meramalkan dari mana pesan akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir,
dan lebih-lebih lagi bagaimana pesan akan diterima. Dengan bahasa sederhana, ini berarti, dengan
mengetahui siapa tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, kita dapat
meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi.
Sudah diketahui bahwa pendapat
dan penilaian kita tentang orang lain tidak semata-mata berdasarkan
pertimbangan rasional. Kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita
menyenangi seseorang,kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan
dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung
melihat karakteristiknya secara negatif.
Komunikasi interpersonal
dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan
bagi komunikan. Bila anda berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan
dengan Anda,Anda gembira, dan terbuka. Berkumpul dengan orang-orang yang anda
benci akan membuat Anda tegang,resah, dan tidak enak. Anda akan menutup diri
dan menghindari komunikasi.
1. 2 Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian dan konsep Atraksi Komunikasi Interpersonal?
2.
Apa
saja faktor-faktor Personal yang mempengaruhi Atraksi Interpersonal?
3.
Apa
saja faktor-faktor Situasional yang mempengaruhi Atraksi Interpersonal?
4.
Apa
saja teori tentang Liking?
5.
Apa
pengaruh Atraksi Personal pada Komunikasi Interpersonal?
6.
Apa
saja jenis-jenis Hubungan Interpersonal?
7.
Bagaimana
perkembangan Hubungan Interpersonal?
8.
Apa
saja pola-pola Relasional dalam Hubungan Interpersonal?
9.
Apa
faktor-faktor yang mempengaruhi pola Hubungan Interpersonal?
1.3 Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan
pembelajaran dari makalah ini adalah untuk mengetahui Atraksi dalam komunikasi
Interpersonal dan mengetahui Hubungan Interpersonal dalam Psikologi Komunikasi
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diharapkan dapat memahami
konsep-konsep dan pengaruhnya pada kehidupan manusia.
PEMBAHASAN
1.
Atraksi Dalam Komunikasi Interpersonal
A.
PENGERTIAN DAN KONSEP
Kita
dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Semakin
tertarik kita kepada seseorang, maka semakin besar kecenderungan kita
berkomunikasi dengan dia. Dean C Barlund,
seoarang ahli komunikasi interpersonal, menulis,
“Mengetahui garis-garis atraksi dan penghindaran dalam sistem sosial artinya
mampu meramalkan dari mana peesan akan muncul, kepada siapa pesan itu akan
mengalir, dan lebih-lebih lagi bagaimana pesan akan diterima.” (Barlund,
1967:71). Dengan bahasa sederhana, ini berarti, dengan mengetahui siapa
tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, kita dapat meramalkan arus
komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Makin tertarik kita kepada
seseorang, makin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia. Kesukaan
pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang kita sebut sebagai
atraksi interpersonal ( Atraksi berasal dari bahasa Latin attrahere-ad :menuju;
trahere;menarik). Karena pentingnya peranan atraksi interpersonal, kita
ingin membicarakan faktor-faktor yang menyebabkan mengapa personal stimuli
menarik kita. Sebagaimana sering kita bicarakan dalam bagian-bagian lain, di
sini pun faktor personal dan situasional menentukan siapa tertarik pada siapa.
Yang menyebabkan saya tertarik kepada Anda boleh jadi sifat-sifat yang Anda miliki (misalnya, Anda cantik),
atau suasana emosional saya (misalnya, saya sedang kesepian). Sebenarnya kedua
faktor ini dalam kenyataan sering tumpang tindih, sehingga pembagian di bawah
ini hanyalah untuk memudahkan penjelasan saja.
Oleh
karena itu, Atraksi Interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap
positif dan daya tarik seseorang. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka.
Rasa suka pada seseorang umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi
signifikan bagi kita.
B. FAKTOR-FAKTOR
PERSONAL
1.
Kesamaan
Karakteristik Personal
Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai,
sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, ideologis, cenderung saling
menyukai. Menurut teori Cognitive
consistency dari Fritz Heider dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), manusia
selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya. Reader dan English mengukur kepribadian subjek-subjeknya
dengan rangkaian tes kepribadian. Ditemukan mereka yang bersahabat menunjukkan
korelasi yang erat dalam kepribadiannya. Diketemukan, mereka yang bersahabat
menunjukkan korelasi yang erat dalam kepribadiannya.
Don Byrne (1971) menunjukkan hubungan linear antara
atraksi dengan kesamaan, dengan menggunakan teori peneguhan dari Behaviorisme.
Persepsi tentang adanya kesamaan mendatangkan ganjaran, dan perbedaan tidak
mengenakkan. Kesamaan sikap orang lain dengan kita memperteguh kemampuan kita
dalammenafsirkan realitas sosial. Kita benar. Kita mendapat dukungan. Kita
menyukai orang yang mendukung kita. “An agreeable person,” kita
Disreali, “is a person who agrees with me.” (Tubbs dan Moss,
1974:93)
Asas kesamaan ini pada kenyataan bukanlah satu-satunya
determinan atraksi. Atraksi interpersonal akhirnya merupakan gabungan dari efek
keseluruhan interaksi di antara individu. Walaupun begitu,bagi komunikator,
lebih tepat untuk memulai komunikasi dengan mencari kesamaan di antara semua
peserta komunikasi.
Contoh: Ketika kita sedang naik kendaraan umum dan berjumpa
dengan seorang kenalan baru. Maka percakapan kita berlangsung dan dimulai dari
masalah-masalah demografis (dimana anda tinggal, pekerjaan anda, dll) sampai
masalah-masalah politik dan sebagainya.
2.
Tekanan
Emosional (Stress)
la orang berada dalam keadaan yang mencemaskannya atau
harus memikul tekanan emosional,ia akan menginginkan kehadiran orang lain.
Stanley Schachter (1959)
dalam
Jalaluddin Rakhmat (2011) membuktikan pernyataan diatas dengan sebuah
eksperimen. Ia mengumpulkan dua kelompok mahasiswi.Kepada kelompok pertama
diberitahukan bahwa mereka akan menjadi
subjek eksperimen yang meneliti
efek kejutan listrik yang sangat menyakitkan. Kepada kelompok kedua
diberitahukan bahwa mereka akan hanya akan mendapat kejutan ringan saja.
Schachter menemukan diantara subjek pada
kelompok pertama (kelompok yang tingkat kecemasannya tinggi), 63
% ingin
menunggu bersama orang lain ,dan diantara subjek pada kelompok kedua hanya 33% yang
memerlikan sahabat.Schachter menyimpulkan bahwa situasi penyimpul cemas
(anxiety-producing situations) meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang.
Orang-orang yang pernah ,mengalami penderitaan bersama-sama akan membentuk
kelompok yang bersolidaritas tinggi.Ada orang menafsirkan penelitian ini lebih
lanjut.
3.
Harga
Diri yang Rendah
Menurut Elaine
Walster
dalam Jalaluddin Rakhmat (2011)
membayar beberapa orang mahasiswi untuk menjadi peserta dalam penelitian
tentang keperibadian. Sesuai dengan rancangan penelitian, sebelum eksperimen
dimulai, subjek secara kebetulan (sebetulnya tidak) berjumpa dengan
seseorang mahasiswa yang bermaksud
menemui peneliti. Terjadilah percakapan sambil menunggu kedatangan peneliti. Si
mahasiswa menunjukkan minat yang besar
pada mahasiswi itu. Mereka mengobrol selama
15 menit dan sang perjaka berusaha untuk mengajak berkencan.Setelah itu, subjek
diberi tes keperibadian. Sebagian subjek diberi penilaian yang positif
(misalnya keperibadian dewasa, orisional,
dan sensitif), setengahnya lagi diberi penilaian negatif. Maksud
Walster,sebagian ditinggikan harga dirinya sebagian lagi direndahkan. Menurut
kesimpulan Walster bila harga diri direndahkan,hasrat afiliasi (bergabung
dengan orang lain) bertambah, dan ia makin responsif untuk menerima kasih
sayang orang lain. Dengan kata lain orang yang rendah diri cendrung mudah
mencintai orang lain (Tubbs dan Moss,1974)
4.
Isolasi
Sosial
Manusia adalah makhluk sosial,itu sudah diketahui orang
banyak.Manusia mungkin tahan hidup terasing beberapa waktu,tetapi untuk waktu
yang lama. Isolasi sosial adalah pengalaman yang tidak enak. Beberapa orang
peneliti telah menunjukkan bahwa tingkat isolasi sosial amat besar pengaruhnya
terhadap kesukaan kita pada orang lain. Bagi orang yang terisolasi narapidana, petugas rimba atau penghuni pulau
terpencil kehadiran manusia merupakan kebahagiaan. Karena manusia cenderung
menyukai orang yang mendatangkan kebahagiaan,maka dalam konteks isolasi
sosial,kecenderungannya untuk menyenangi orang lain bertambah.
C.
FAKTOR-FAKTOR SITUASIONAL
1.
Dayatarik
Fisik (Physical Attractiveness)
Beberapa penelitian mengungkapkan
bahwa daya tarik fisik seseorang sering menjadi penyebab utama
atraksi interpersonal. Orang – orang yang cantik atau tampan biasanya lebih
disenangi. Mereka, biasanya sangat mudah memperoleh simpati dan perhatian
orang. Mereka cenderung dinilai lebih berhasil dalam hidupnya dana memiliki sifat
– sifat yang baik. Beberapa penelitian menunjukan bahwa orang – orang yang
cantik atau tampan biasanya lebih efektif dalam mempengaruhi pendapat orang dan
biasanya diperlukan lebih sopan.
2.
Ganjaran (Reward)
Kita menyenangi orang yang memberikan ganjaran kepada kita.
Ganjaran itu berupa bantuan, dorongan moral, pujian atau hal – hal yang
meningkatkan harga diri kita. Menurut teori pertukaran sosial
(sosial exchange theory), interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang.
Kita akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya. Dengan
demikian, timbul pada interaksi yang banyak mendatangkan laba. Bila pergaulan
saya dengan Anda sangat menyenangkan,sangat menguntungkan dari segi psikologis
atau ekonomis,kita akan saling menyenangi (Thibault dan Kelley, 1959;
Homans,1974; Lott dan Lott;1974) dalam Jalaluddin Rakhmat (2011).
3.
Familiarity
Konsep ini artinya adalah hal – hal
yang sering kita lihat atau sudah kita kenal dengan baik. Jika kita sering
berjumpa dengan seseorang, bisanya kita akan menyukainya. Prinsip ini biasa
diperluas. Pendapat dan sikap kita biasanya dipengruhi pesan yang
diulang – ulang (repetisi). Prinsip ini misalnya sangat dikenal dalam
periklanan. Robert B. Zajonc dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) memperlihatkan
foto-foto wajah dalam subjek-subjek eksperimennya. Ia menemukan makin seriang
subjek melihat wajah tertentu maka ia akan menyukainnya. Dari penelitian
tersebut kemudian melahirkan sebuah teori “more exposure” (terpaan
saja). Hipotesis itu dipakai sebagai landasan ilmiah akan pentingnya repetisi
pesan dalam mempengaruhi pendapat dan sikap.
4.
Kedekatan (Proximinity)
Konsep ini erat kaitannya dengan
familiarity. Hubungan kita dengn orang lain tergantung seberapa dekat orang
tersebut dengan kita. Penelitian menunjukan bahwa orang cenderung menyenangi
mereka yang tempat tinggalnya berdekatan dan persahabatan lebih mudah tumbuh di
antara tetangga yang berdekatan. Disini perlu dipertanyakan apakah karena
saling menyukai orang berdekatan atau karena berdekatan orang menjadi saling
menyukai. Pada dasarnya, kedua hal itu benar.
5.
Kemampuan (Competence)
Ada kecenderungan bahwa kita
menyukai orang – orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi dari kita atau
berhasil dalam kehidupannya. Pemain-pemain bulu tangkis dipuja orang
ketika mereka berhasil mengalahkan lawannya, dan dicaci maki ketika mereka
gagal. Orang-orang yang sukses dalam bidang apa pun,profesional atau
nonprofesional umumnya mendapat simpati orang banyak. Aronson dalam Jalaluddin Rakhmat
(2011) menemukan dalam penelitian yang dilakukannya, bahwa orang yang paling
disenangi adalah orang yang memiliki kemampuan tinggi, tetapi menunjukkan
beberapa kelemahan. Aronson menciptakan empat kondisi eksperimental, yaitu:
1)
Orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah
2)
Berkemampuan tinggi tapi tidak berbuat salah
3)
Orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah
4)
Orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat salah
D.
TEORI TENTANG LIKING
1. Physical Attractiviness Theory
Secara
naluri, orang akan lebih menyukai orang lain yang menarik dari sisi penampilan
fisik. Ini misalnya saja: cantik, tampan, bersih, rapi, teratur, dan seterusnya
dan seterusnya. Orang yang penampilannya paling tidak rapi sekalipun terkadang
tidak menyukai orang lain yang tidak rapi. Perokok sendiri sering tidak
menyukai perokok lain yang merokoknya sembarangan.
2. Competency Theory
Orang
cenderung lebih menyukai orang lain yang lebih kompeten, punya banyak kebisaan,
lebih kreatif, lebih terampil, lebih smart, dan seterusnya dan seterusnya.
Bahkan untuk urusan pekerjaan, orang lebih menyukai / mempercayai orang lain
karena melihat kompetensinya ketimbangan saudaranya, anaknya atau sahabat
karibnya.
3. Reciprocal Theory
Orang
cenderung menyukai orang lain yang menyukainya (ada timbal baliknya). Like
attracts like, begitu katanya. Tapi ini masih dengan catatan bahwa kesukaan
yang kita tunjukkan itu haruslah genuine, bukan dibuat-buat atau hanya untuk
mencari muka. Kalau itu dibuat-buat atau hanya sekedar untuk mencari muka,
biasanya malah menimbulkan ketidaksenangan.
4. Similiarity & Complementary Theory
Orang
cenderung menyukai orang lain yang punya beberapa kemiripan / kesamaan dengan
dirinya. Ini misalnya saja: satu daerah, satu almamater, satu partai, satu
hobi, satu visi, satu pemikiran, satu perasaan, dan seterusnya dan seterusnya.
Tetapi katanya, kesamaan dan kemiripan ini tidak mampu menghasilkan kesenangan
yang langgeng apabila tidak ditopang oleh unsur lain yang menjadi penguatnya.
Karena itu harus ada complementary-nya: saling mengisi, saling mendukung,
saling memberi-mendapatkan, dan seterusnya. Jika complementary-nya tidak muncul,
maka dengan sendirinya similiarity-nya itu hanya sekedar masa lalu.
5. Exchange Theory
Orang
akan menyenangi orang lain yang memberikan untung, nilai plus, atau manfaat
kepadanya. Minimalnya tidak sampai merugikan. Soal itu berupa materi atau
non-materi, itu soal konteks. Prinsipnya, tidak ada manusia yang bisa menerima
kerugian dari proses interaksi yang dijalankan.
6. Reinforcement Theory
Orang
akan menyenangi orang lain yang menghargai dirinya. Ini tidak saja dialamatkan
secara khusus kepada orang yang memberi penghargaan itu, melainkan juga kepada
orang yang dekat dengan si pemberi. Memberi penghargaan dapat memasukkan
bentuk-bentuk perasaan positif.
7. Gain-loss Theory
Menurut
teori ini, kita akan menyukai orang lain yang evaluasinya, koreksinya, atau dukungannya
kepada kita cenderung selalu membaik, bukan semakin memburuk atau biasa-biasa
saja. Sebaliknya juga begitu. Kita lebih cenderung akan tidak senang sama orang
lain yang makin lama bukannya makin baik penilaiannya, sikapnya atau
perlakuannya.
E.
PENGARUH ATRAKSI
INTERPERSONAL PADA KOMUNIKASI INTERPERSONAL
a. Penafsiran Pesan dan Penilaian
Sudah diketahui bahwa pendapat
dan penilaian kita tentang orang lain tidak semata-mata berdasarkan
pertimbangan rasional. Kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita
menyenangi seseorang,kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan
dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung
melihat karakteristiknya secara negatif.
Komunikator yang dipandang
menarik, karena kesamaan, kedekatan,
daya tarik fisik, lebih efektif dalam mempengaruhi perubahan pendapat dan
sikap. Beberapa penelitian mencoba menghubungkan apa yang dipilih dalam Pemilu
dengan kesukaan pada calon anggota Congress di Amerika Serikat. Kesamaan sikap
antara pemilih dengan calon, apalagi kalau ditambah daya tarik fisik calon, merupakan
prediktor (peramal) yang sangat tepat untuk meramalkan pilihan orang dalam
Pemilu.
b. Efektifitas Komunikasi
Komunikasi interpersonal
dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan
bagi komunikan. Bila anda berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan
dengan Anda,Anda gembira, dan terbuka. Berkumpul dengan orang-orang yang anda
benci akan membuat Anda tegang,resah, dan tidak enak. Anda akan menutup diri
dan menghindari komunikasi.
Bila keadaan seperti ini, yang
sudah di buktikan oleh Wolosin (1975), kita perluas pada situasi komunikasi
lainnya, kita dapat menyatakan bahwa komunikasi akan lebih efektif bila
komunikan saling menyukai.
2. Hubungan
Interpersonal
Hakikat dari hubungan interpersonal
adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan
isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika
kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga
menentukan relationship. Pandangan ini merupakan hal baru dan untuk
menunjukan hubungan pesan komunikan ini disebut dengan metakomunikasi.
Komunikasi
yang efektif ditandai dengan adanay hubungan interpersonal yang baik. Menurut
Anita Taylor dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), komunikasi interpersonal yang
efektif meliputi banyak unsur tetapi hubungan interpersonal barangkali yang
paling penting. Setiap melakukan komunikasi, kita bukan hanya sekadar
menyampaikan isi pesan (content), tetapi juga menentukan kadar hubungan
interpersonal (relationship). Berikut ini adalah contoh beberapa kalimat yang
menunjukkan kadar hubungan interpersonal yang berbeda, yaitu:
§ Rumahmu
dimana?
§ Dimanakah
rumah anda?
§ Bolehkah
saya tahu dimana rumah anda?
Pandangan
bahwa komunikasi mendefinisikan hubungan interpersonal telah dikemukakan oleh
Ruesch dan Bateson (1951) pada tahun 1950-an. Gagasan ini dipopulerkan di
kalangan komunikasi oleh Waulawuck, Beavin, dan Jackson (1967). Selain itu,
para psikolog juga mulai menaruh minat yang besar pada hubungan interpersonal
seperti tampak pada tulisan Gordon W. Allport (1960), Erich Fromm (1962),
Martin Buber (1975), Carl Rogers (1951). Semua tokoh psikologi tersebut
mewakili mazhab humanistik.
Dari
segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan
interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat
persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif
komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
Dalam hal ini berarti bahwa studi
komunikasi interpersonal bergeser dari isi pesan kepada aspek rasional. aspek
rasional adalah yang menjadi unit analisis dari komunikasi interpersonal. Dari
segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan
interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat
persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif
komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
Hubungan interpersonal terbentuk ketika
proses pengolahan pesan, (baik verbal maupun non verbal) secara timbal balik
terjadi dan halini dinamakan komunikasi interpersonal. ketika hubungan itu
tumbuh, terjadi pula kesepakatan tentang aturan berkomunikasi antara partisipan
yang terlibat.
A. JENIS HUBUNGAN INTERPERSONAL
1. Model Pertukaran Sosial (social exchange model)
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang.
Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi
kebutuhannya. Thibault dan Kelley
dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), dua orang pemuka utama dari
model ini,menyimpulkan model pertukaran sosialsebagai berikut, “Asumsi dasar
yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara
sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan
tersebut cukup memuaska ditinjau dari segi ganjaran, biaya, hasil atau laba, dan tingkat perbandingan..
§ Ganjaran
Ganjaran
adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu
hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap
nilai. Nilai suatu ganjaran berbeda antara seseorang dengan orang lain, dan
antara waktu yang satu dengan waktu yang lain.
Contoh:
Bagi orang miskin, uang lebih berharga daripada ilmu pengetahuan. Sedangkan
bagi orang kaya, mungkin penerimaan sosial lebih berharga daripada uang .
§ Biaya
Biaya
adalah akibat yang dinilai negatif, yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya
dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri. Biaya
juga berubah-ubah sesuai waktu dan orang yang terlibat.
Contoh:
Bila seorang anak yang miskin berteman dengan sekelompok anak yang kaya. Dalam
bergaul, anak miskin ini sering diejek oleh anak-anak kaya tersebut. Anak
miskin tersebut mendapat biaya berupa keruntuhan harga diri karena sering
diejek oleh teman-temannya.
§ Hasil atau laba
Hasil atau laba adalah
ganjaran dikurangi dengan biaya. Bila seorang individu merasa dalam sebuah
hubungan tidak memperoleh hasil atau laba sama sekali maka individu tersebut
akan mencari hubungan yang lain.
Contoh: Apabila
kita memiliki sahabat yang egois. Kita tetap akan membantunya, sekadar
agar persahabatan dengan orang tersebut tidak putus. Bila bantuan (biaya)
disini ternyata lebih besar daripada nilai persahabatan (ganjaran) yang
ditermia, maka kita rugi atau tidak mendapat laba.
§ Tingkat perbandingan
Tingkat
perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai kriteria
dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran baku ini dapat
berupa pengalaman masa lalu atau alternatif hubungan lain.
Contoh:
Bila seorang gadis pernah berpacaran dengan seorang pria yang berjalan sangat
bahagia, tetapi akhirnya putus. Saat berpacaran dengan pria lain, maka gadis
tersebut akan mengukur ganjaran hubungan tersebut berdasarkan pengalamannya
yang dulu.
2. Model Permainan
Model ini berasal dari psikiater Eric Berne (1964,1972) yang
menceritakannya dalam buku Games People Play. Analisisnya kemudian
dikenal sebagai analisis transaksional. Dalam model ini,orang-orang berhubungan
dalam bermacam-macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga bagian
kepribadian manusia,Orang Tua, Orang Dewasa, dan Anak. Orang Tua adalah aspek
kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang kita terima dari orang tua
kita atau orang yang kita anggap orang tua kita. Orang Dewasa adalah bagian
kepribadian yang mengolah informasi secara rasional, sesuai dengan situasi, dan
biasanya berkenaan dengan masalah-masalah penting yang memerlukan pengambilan
keputusan secara sadar. Anak adalah unsur kepribadian yang di ambil dari
perasaan dan pengalaman kanak-kanak dan mengandung potensi
intiuisi,spontanitas,kreativitas,dan kesenangan.
3. Model Interaksional (interactional
model)
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap
sistem memiliki sifat-sifat struktural,integratif,dan medan. Semua sistem
terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama
sebagai satu kesatuan. Selanjutnya,semua sistem mempunyai kecenderungan untuk
memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium sistem terganggu,
segera akan diambil tindakannya. Dalam mempertahankan ekuilibrium,sistem dan
subsistem harus melakukan transaksi yang dengan lingkungannya(medan)
B.
PERKEMBANGAN HUBUNGAN
INTERPERSONAL
1.
Pembentukan hubungan interpersonal
Tahap ini sering disebut sebagai
tahap perkenalan (acquintance process); diuraikan seacara terinci oleh Theodore
Newcomb dalam The Acquaintance process(1961), Dony Byrne dalam The Attraction
Paradigm(1971),dan Dalmas A.Taylor dalam Social penetration: The Development of
interpersonal Relationship(1973); di sini kita tidak akan menguraikan proses
ini secara terinci. Fokus kita ialah pada proses penyampaian dan penerimaaan
informasi dalam peembentukan hubungan. Steve Duck (1976:127)
2.
Peneguhan Hubungan Interpersonal
Hubungan
interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah . untuk
memeihara dan memperteguh hubungan
interpersonal, perubahan memerrlukan tindakan-tingdakan tertentu untuk
engembalikan keseimbangan(equilibrium). Ada 4 faktor yang amat penting dalam memelihara keseimbangan ini: keakraban,
kontrol,rewspon yang tepat,dan nada emosioanl yang tepat.
Fakter
pertamaKeakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan
interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang
tingkat keakraban yg diperlukan.
Faktor
kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang mengontrol siapa, bilamana.jika dua
orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah
yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, siapakah yang
dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak
ada pihak yang mau mengalah.
Faktor
yang ketiga adalah ketepatan respon artinya, respon A dikuti oleh respon B yang
sesuai. Dalam percakapan, misalnya pertanyaan harus disambut dengan jawaban,
lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan. Respon ini
bukan saja berkenaan dengan pesan-pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan
nonverbal.
Faktor
keempat yang memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana
emosional ketika berlangsungya komunikasi. Walaupun mungkin saja terjadi dua
orang berinteraksi dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu
tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak mengakhiri interaksi atau
mengubah suasana emosi.
C.
POLA-POLA
RELASIONAL
Ketika suatu hubungan terbentuk,
berkembang pula pola-pola komunikasi yang merupakan hasil dari aturan yang
diterapkan para partisipan. Ruben
menyebutkan ada empat pola relasional:
1.
Suportif
dan Defensif
Sikap suportif merupakan sikap yang
mendukung komunikasi interpersonal; sebaliknya dengan sikap defensif.
2.
Tergantung
(dependen) dan tidak tergantung (independen)
Hubungan yang beriklim dependen
dicirikan jika salah satu individu sangat tergantung pada individu lainnya,
misalnya karena dukungan, uang, pekerjaan, kepemimpinan, petunjuk dan
sebagianya. Sebaliknya dalam hubungan yang independen, seorang individu secara
bebas dapat menyatakan ketidaksepakatan, ketidaksetujuan dan penolakan pada
individu lainnya.
3.
Progresif
dan Regresif.
Hubungan yang progresif adalah hubungan
yang ditandai dan menimbulkan kepuasan serta harmoni. Sebaliknya dengan
regresif: hubungan tetap berkembang, namun mengarah atau menimbulkan
ketidakpuasan dan ketidakharmonisan.
4.
Self-fulfilling
dan self-defeating prophecies
Pola hubungan yang dipengaruhi oleh harapan dari
pihak-pihak yang terlibat. Jika harapan kita terpenuhi dalam hubungan tersebut
maka kita akan bersikap positif terhadap hubungan tersebut, sebaliknya jika
harapan kita tidak teropenuhi maka kita akan bersikap negatif terhadap hubungan
tersebut.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Hubungan
Interpersonal
a.
Percaya
Diri (trust)
Diantara berbagai faktor yang
mempengaruhi komunikasi interpersonal, faktor percaya adalah yang paling
penting. Sejak tahap yang pertama dalam hubungan interpersonal (tahap
perkenalan), sampai pada tahap tahap kedua (tahap peneguhan), “percaya”
menentukan efektifitas komunikasi. Secara ilmiah, “percaya” didefinisikan
sebagai “mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki,
yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh
risiko”(Giffin,1967:224 234). Definisi ini menyebutkan tiga unsur percaya:
Ada situasi yang menimbulkan risiko.
Bila orang menaruh kepercayaan kepada seseorang,
ia akan menghadapi risiko. Risiko itu dapat berupa kerugian yang anda alami.
Bila tidak ada risiko,percaya tidak di perlukan.
Orang yang menaruh kepercayaan kepada
orang lain berarti menyadari bahwa akibat-akibatnya bergantung pada perilaku
orang lain.
Orang yang yakin bahwa perilaku orang
lain akan berakibat baik baginya.
Sikap percaya akan berkembang apabial setiap komunikan
menganggap komunikan lainnya berlaku jujur.
b.
Sikap
Suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap
defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima,
tidak jujur, dan tidak empatis. Sudah jelas, dengan sikap defensif komunikasi
interpersonal akan gagal. karena orang defensif akan lebih banyak melindungi
diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang
memahami pesan orang lain.
Komunikasi
defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan,kecemasan,harga diri yang
rendah,pengaaman defensif,dan sebagainya) atau faktor-faktor situasional.
Diantara faktor-faktor situsioanal adalah perilaku komunikasi orang lain.
c.
Sikap
Terbuka
Sikap terbuka
(open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal
yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatism. Sehingga untuk
memahami sikap terbuka, kita harus mengidentifikasikan lebih dahulu
karakteristik orang dogmatis.
Contoh-contoh
yang lebih jelas dsan karakteristik orang yg dogmatis atau bersikap tertutup:
Menilai pesan
berdasarkan motif pribadi. Orang dogmatis tidak akan memperhatikan ogika suatiu
proposisi, ia lebih banyak melihat sejauh mana proposisi itu sesuai dgn
dirinya.
Berpikir
simplitis. Bagi orang dogmatis, dunia ini hanya hitam dam putih, tidak ada
kelabu.ia tidak snggup membedakan yang setengah benar setengah salah.
Berorientasi
pada sumber. Bagi orang dogmatis yg paing penting ialah siapa yg berbicara,
bukan apa yg dibicarakan.
§
Mencari
informasi dari sumber sendiri.
§
Secara
kaku mempertahankan dan membela sistem kepercayaan.
§
Tidak mampu membiarkan inkonsistensi.
Agar komunikasi interpersonal yang kita
lakukan melahirkan hubungan interpersonal yg efektif, digmatisme harus
digantikan dengan sikap terbuka. Bersama-sama dengan sikap percaya dan sikap
suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian.
PENUTUP
4.
Kesimpulan
1.
Hubungan
Interpersonal adalah dimana ketika kita
berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga
menentukan kadar hubungan interpersonalnya.
2.
Atraksi
dalam komunikasi interpersonal berarti mengetahui siapa tertarik kepada siapa
atau siapa menghindari siapa, kita dapat meramalkan arus komunikasi
interpersonal yang akan terjadi. Makin tertarik kita kepada seseorang, makin
besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia.
3. Faktor-faktor Personal yang Mempengaruhi Atraksi
Interpersonal yaitu : Kesamaan Karakteristik Personal, Tekanan Emosional
(Stress), Harga Diri yang Rendah, Isolasi Sosial.
4.
Faktor-faktor
Situasional yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal yaitu : Dayatarik Fisik (Physical
Attractiveness), Ganjaran (Reward), Familiarity, Kedekatan (Proximinity), Kemampuan (Competence).
5.
Pengaruh
Atraksi Interprsonal pada komunikasi Interpersonal yaitu terletak pada penafsiran
pesan dan penilaian serta efektivitas komunikasi.
5. Daftar Pustaka
Mulyana,Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu
Pengantar.Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Rakhmat,Jalaluddin.1994. Psikologi
Komunikasi.Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Littlejohn.1999. Theories of Human
Communication,Belmont.California:
Wadsworth Publishing Company.
Sarwono, W Sarlito.2009.
Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
(Barlund, 1967:71).
teori Cognitive consistency dari
Fritz Heider dalam Jalaluddin Rakhmat (2011)
(Tubbs dan Moss, 1974:93)
Stanley Schachter (1959) dalam Jalaluddin Rakhmat (2011)
Elaine Walster dalam Jalaluddin Rakhmat (2011)
(Thibault dan Kelley,
1959; Homans,1974; Lott dan Lott;1974) dalam Jalaluddin Rakhmat
(2011).
Robert B. Zajonc dalam
Jalaluddin Rakhmat (2011)
Steve Duck (1976:127)
Eric Berne (1964,1972)
(Giffin,1967:224 234).