Senin, 18 Mei 2015

Atraksi dalam Komunikasi Interpersonal dan Hubungan Interpersonal

KATA PENGANTAR


            Puji syukur kami  panjatkan  kehadirat  ALLAH  SWT ,Tuhan YME yang telah memberi karunia kepada kami , sehingga makalah ini dapat di susun  sebagai wujud kontribusi  kami pada pemahaman tentang Atraksi dalam Komunikasi Interpersonal dan Hubungan Interpersonal.
            Ucapan terima kasih sampaikan kepada dosen kami ibu Nurjanah M.Si, yang telah membimbing, mengajar, dan telah mendukung ,serta sera kepada seluruh teman-teman ,yang senantiasa mengapresiasi pemahaman terhadap administrasi organisasi manajemen.
            Kami memahami bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna , oleh karena itu kami mohon maaf yang sebesar-besar nya.
Harapan kami semoga makalah kami  dapat diterima sebagai wujud dedikasi kami dalam pembelajaran mata kuliah Psikologi Komunikasi yang  tengah  kami tempuh ini .

Pekanbaru, 13 April 2015



Penyusun


DAFTAR ISI

                                                                                                      


 

PENDAHULUAN


1.1Latar Belakang

Mengetahui garis-garis atraksi dan penghindaran dalam sistem sosial artinya mampu meramalkan dari mana pesan akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir, dan lebih-lebih lagi bagaimana pesan akan diterima.  Dengan bahasa sederhana, ini berarti, dengan mengetahui siapa tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi.
Sudah diketahui bahwa pendapat dan penilaian kita tentang orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional. Kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang,kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila anda berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan Anda,Anda gembira, dan terbuka. Berkumpul dengan orang-orang yang anda benci akan membuat Anda tegang,resah, dan tidak enak. Anda akan menutup diri dan menghindari komunikasi.




1. 2 Rumusan Masalah


1.      Apa pengertian dan konsep Atraksi Komunikasi Interpersonal?
2.      Apa saja faktor-faktor Personal yang mempengaruhi Atraksi Interpersonal?
3.      Apa saja faktor-faktor Situasional yang mempengaruhi Atraksi Interpersonal?
4.      Apa saja teori tentang Liking?
5.      Apa pengaruh Atraksi Personal pada Komunikasi Interpersonal?
6.      Apa saja jenis-jenis Hubungan Interpersonal?
7.      Bagaimana perkembangan Hubungan Interpersonal?
8.      Apa saja pola-pola Relasional dalam Hubungan Interpersonal?
9.      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pola Hubungan Interpersonal?

1.3 Tujuan Pembelajaran


Adapun tujuan pembelajaran dari makalah ini adalah untuk mengetahui Atraksi dalam komunikasi Interpersonal dan mengetahui Hubungan Interpersonal dalam Psikologi Komunikasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diharapkan dapat memahami konsep-konsep dan pengaruhnya pada kehidupan manusia.






PEMBAHASAN


1.        Atraksi Dalam Komunikasi Interpersonal

A.     PENGERTIAN DAN KONSEP

Kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Semakin tertarik kita kepada seseorang, maka semakin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia. Dean C Barlund, seoarang  ahli komunikasi interpersonal, menulis, “Mengetahui garis-garis atraksi dan penghindaran dalam sistem sosial artinya mampu meramalkan dari mana peesan akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir, dan lebih-lebih lagi bagaimana pesan akan diterima.” (Barlund, 1967:71). Dengan bahasa sederhana, ini berarti, dengan mengetahui siapa tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Makin tertarik kita kepada seseorang, makin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia. Kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang kita sebut sebagai atraksi interpersonal ( Atraksi berasal dari bahasa Latin attrahere-ad :menuju; trahere;menarik). Karena pentingnya peranan atraksi interpersonal, kita ingin membicarakan faktor-faktor yang menyebabkan mengapa personal stimuli menarik kita. Sebagaimana sering kita bicarakan dalam bagian-bagian lain, di sini pun faktor personal dan situasional menentukan siapa tertarik pada siapa. Yang menyebabkan saya tertarik kepada Anda boleh jadi sifat-sifat  yang Anda miliki (misalnya, Anda cantik), atau suasana emosional saya (misalnya, saya sedang kesepian). Sebenarnya kedua faktor ini dalam kenyataan sering tumpang tindih, sehingga pembagian di bawah ini hanyalah untuk memudahkan penjelasan saja.
Oleh karena itu, Atraksi Interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada seseorang umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita.

B.     FAKTOR-FAKTOR PERSONAL


1.      Kesamaan Karakteristik Personal
Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, ideologis, cenderung saling menyukai. Menurut teori Cognitive consistency dari Fritz Heider dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya. Reader dan English mengukur kepribadian subjek-subjeknya dengan rangkaian tes kepribadian. Ditemukan mereka yang bersahabat menunjukkan korelasi yang erat dalam kepribadiannya. Diketemukan, mereka yang bersahabat menunjukkan korelasi yang erat dalam kepribadiannya.
Don Byrne (1971) menunjukkan hubungan linear antara atraksi dengan kesamaan, dengan menggunakan teori peneguhan dari Behaviorisme. Persepsi tentang adanya kesamaan mendatangkan ganjaran, dan perbedaan tidak mengenakkan. Kesamaan sikap orang lain dengan kita memperteguh kemampuan kita dalammenafsirkan realitas sosial. Kita benar. Kita mendapat dukungan. Kita menyukai orang yang mendukung kita. “An agreeable person,” kita Disreali, “is a person who agrees with me.” (Tubbs dan Moss, 1974:93)
Asas kesamaan ini pada kenyataan bukanlah satu-satunya determinan atraksi. Atraksi interpersonal akhirnya merupakan gabungan dari efek keseluruhan interaksi di antara individu. Walaupun begitu,bagi komunikator, lebih tepat untuk memulai komunikasi dengan mencari kesamaan di antara semua peserta komunikasi.

Contoh: Ketika kita sedang naik kendaraan umum dan berjumpa dengan seorang kenalan baru. Maka percakapan kita berlangsung dan dimulai dari masalah-masalah demografis (dimana anda tinggal, pekerjaan anda, dll) sampai masalah-masalah politik dan sebagainya.


2.      Tekanan Emosional (Stress)
la orang berada dalam keadaan yang mencemaskannya atau harus memikul tekanan emosional,ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Stanley Schachter (1959) dalam Jalaluddin Rakhmat (2011)  membuktikan pernyataan diatas dengan sebuah eksperimen. Ia mengumpulkan dua kelompok mahasiswi.Kepada kelompok pertama diberitahukan bahwa mereka akan menjadi  subjek eksperimen  yang meneliti efek kejutan listrik yang sangat menyakitkan. Kepada kelompok kedua diberitahukan bahwa mereka akan hanya akan mendapat kejutan ringan saja. Schachter menemukan diantara subjek  pada kelompok pertama (kelompok yang tingkat kecemasannya tinggi), 63 % ingin menunggu bersama orang lain ,dan diantara subjek pada kelompok kedua hanya 33% yang memerlikan sahabat.Schachter menyimpulkan bahwa situasi penyimpul cemas (anxiety-producing situations) meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang. Orang-orang yang pernah ,mengalami penderitaan bersama-sama akan membentuk kelompok yang bersolidaritas tinggi.Ada orang menafsirkan penelitian ini lebih lanjut.

3.      Harga Diri yang Rendah
Menurut Elaine Walster dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) membayar beberapa orang mahasiswi untuk menjadi peserta dalam penelitian tentang keperibadian. Sesuai dengan rancangan penelitian, sebelum eksperimen dimulai, subjek secara kebetulan (sebetulnya tidak) berjumpa dengan seseorang  mahasiswa yang bermaksud menemui peneliti. Terjadilah percakapan sambil menunggu kedatangan peneliti. Si mahasiswa menunjukkan  minat yang besar pada mahasiswi itu. Mereka mengobrol  selama 15 menit dan sang perjaka berusaha untuk mengajak berkencan.Setelah itu, subjek diberi tes keperibadian. Sebagian subjek diberi penilaian yang positif (misalnya  keperibadian dewasa, orisional, dan sensitif), setengahnya lagi diberi penilaian negatif. Maksud Walster,sebagian ditinggikan harga dirinya sebagian lagi direndahkan. Menurut kesimpulan Walster bila harga diri direndahkan,hasrat afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah, dan ia makin responsif untuk menerima kasih sayang orang lain. Dengan kata lain orang yang rendah diri cendrung mudah mencintai orang lain (Tubbs dan Moss,1974)

4.      Isolasi Sosial
Manusia adalah makhluk sosial,itu sudah diketahui orang banyak.Manusia mungkin tahan hidup terasing beberapa waktu,tetapi untuk waktu yang lama. Isolasi sosial adalah pengalaman yang tidak enak. Beberapa orang peneliti telah menunjukkan bahwa tingkat isolasi sosial amat besar pengaruhnya terhadap kesukaan kita pada orang lain. Bagi orang yang terisolasi  narapidana, petugas rimba atau penghuni pulau terpencil kehadiran manusia merupakan kebahagiaan. Karena manusia cenderung menyukai orang yang mendatangkan kebahagiaan,maka dalam konteks isolasi sosial,kecenderungannya untuk menyenangi orang lain bertambah.

C.     FAKTOR-FAKTOR SITUASIONAL


1.      Dayatarik Fisik (Physical Attractiveness)
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik fisik seseorang  sering menjadi penyebab utama atraksi interpersonal. Orang – orang yang cantik atau tampan biasanya lebih disenangi. Mereka, biasanya sangat mudah memperoleh simpati dan perhatian orang. Mereka cenderung dinilai lebih berhasil dalam hidupnya dana memiliki sifat – sifat yang baik. Beberapa penelitian menunjukan bahwa orang – orang yang cantik atau tampan biasanya lebih efektif dalam mempengaruhi pendapat orang dan biasanya diperlukan lebih sopan.

2.      Ganjaran (Reward)
 Kita menyenangi orang yang memberikan ganjaran kepada kita. Ganjaran itu berupa bantuan, dorongan moral, pujian atau hal – hal yang meningkatkan harga diri kita. Menurut teori pertukaran sosial (sosial exchange theory), interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang. Kita akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya. Dengan demikian, timbul pada interaksi yang banyak mendatangkan laba. Bila pergaulan saya dengan Anda sangat menyenangkan,sangat menguntungkan dari segi psikologis atau ekonomis,kita akan saling menyenangi (Thibault dan Kelley, 1959; Homans,1974; Lott dan Lott;1974) dalam Jalaluddin Rakhmat (2011).

3.      Familiarity
Konsep ini artinya adalah hal – hal yang sering kita lihat atau sudah kita kenal dengan baik. Jika kita sering berjumpa dengan seseorang, bisanya kita akan menyukainya. Prinsip ini biasa diperluas. Pendapat dan sikap kita biasanya dipengruhi pesan yang diulang – ulang (repetisi). Prinsip ini misalnya sangat dikenal dalam periklanan. Robert B. Zajonc dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) memperlihatkan foto-foto wajah dalam subjek-subjek eksperimennya. Ia menemukan makin seriang subjek melihat wajah tertentu maka ia akan menyukainnya. Dari penelitian tersebut kemudian melahirkan sebuah teori “more exposure” (terpaan saja). Hipotesis itu dipakai sebagai landasan ilmiah akan pentingnya repetisi pesan dalam mempengaruhi pendapat dan sikap.

4.       Kedekatan (Proximinity)
Konsep ini erat kaitannya dengan familiarity. Hubungan kita dengn orang lain tergantung seberapa dekat orang tersebut dengan kita. Penelitian menunjukan bahwa orang cenderung menyenangi mereka yang tempat tinggalnya berdekatan dan persahabatan lebih mudah tumbuh di antara tetangga yang berdekatan. Disini perlu dipertanyakan apakah karena saling menyukai orang berdekatan atau karena berdekatan orang menjadi saling menyukai. Pada dasarnya, kedua hal itu benar.

5.      Kemampuan (Competence)
Ada kecenderungan bahwa kita menyukai orang – orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi dari kita atau berhasil dalam kehidupannya. Pemain-pemain bulu tangkis dipuja orang ketika mereka berhasil mengalahkan lawannya, dan dicaci maki ketika mereka gagal. Orang-orang yang sukses dalam bidang apa pun,profesional atau nonprofesional umumnya mendapat simpati orang banyak. Aronson dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) menemukan dalam penelitian yang dilakukannya, bahwa orang yang paling disenangi adalah orang yang memiliki kemampuan tinggi, tetapi menunjukkan beberapa kelemahan. Aronson menciptakan empat kondisi eksperimental, yaitu:
1)      Orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah
2)      Berkemampuan tinggi tapi tidak berbuat salah
3)      Orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah
4)      Orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat salah




D.     TEORI TENTANG LIKING


1.      Physical Attractiviness Theory

Secara naluri, orang akan lebih menyukai orang lain yang menarik dari sisi penampilan fisik. Ini misalnya saja: cantik, tampan, bersih, rapi, teratur, dan seterusnya dan seterusnya. Orang yang penampilannya paling tidak rapi sekalipun terkadang tidak menyukai orang lain yang tidak rapi. Perokok sendiri sering tidak menyukai perokok lain yang merokoknya sembarangan.

2.      Competency Theory

Orang cenderung lebih menyukai orang lain yang lebih kompeten, punya banyak kebisaan, lebih kreatif, lebih terampil, lebih smart, dan seterusnya dan seterusnya. Bahkan untuk urusan pekerjaan, orang lebih menyukai / mempercayai orang lain karena melihat kompetensinya ketimbangan saudaranya, anaknya atau sahabat karibnya.

3.      Reciprocal Theory

Orang cenderung menyukai orang lain yang menyukainya (ada timbal baliknya). Like attracts like, begitu katanya. Tapi ini masih dengan catatan bahwa kesukaan yang kita tunjukkan itu haruslah genuine, bukan dibuat-buat atau hanya untuk mencari muka. Kalau itu dibuat-buat atau hanya sekedar untuk mencari muka, biasanya malah menimbulkan ketidaksenangan.

4.      Similiarity & Complementary Theory

Orang cenderung menyukai orang lain yang punya beberapa kemiripan / kesamaan dengan dirinya. Ini misalnya saja: satu daerah, satu almamater, satu partai, satu hobi, satu visi, satu pemikiran, satu perasaan, dan seterusnya dan seterusnya. Tetapi katanya, kesamaan dan kemiripan ini tidak mampu menghasilkan kesenangan yang langgeng apabila tidak ditopang oleh unsur lain yang menjadi penguatnya. Karena itu harus ada complementary-nya: saling mengisi, saling mendukung, saling memberi-mendapatkan, dan seterusnya. Jika complementary-nya tidak muncul, maka dengan sendirinya similiarity-nya itu hanya sekedar masa lalu.

5.      Exchange Theory

Orang akan menyenangi orang lain yang memberikan untung, nilai plus, atau manfaat kepadanya. Minimalnya tidak sampai merugikan. Soal itu berupa materi atau non-materi, itu soal konteks. Prinsipnya, tidak ada manusia yang bisa menerima kerugian dari proses interaksi yang dijalankan.

6.      Reinforcement Theory

Orang akan menyenangi orang lain yang menghargai dirinya. Ini tidak saja dialamatkan secara khusus kepada orang yang memberi penghargaan itu, melainkan juga kepada orang yang dekat dengan si pemberi. Memberi penghargaan dapat memasukkan bentuk-bentuk perasaan positif.

7.      Gain-loss Theory

Menurut teori ini, kita akan menyukai orang lain yang evaluasinya, koreksinya, atau dukungannya kepada kita cenderung selalu membaik, bukan semakin memburuk atau biasa-biasa saja. Sebaliknya juga begitu. Kita lebih cenderung akan tidak senang sama orang lain yang makin lama bukannya makin baik penilaiannya, sikapnya atau perlakuannya.

E.      PENGARUH ATRAKSI INTERPERSONAL PADA KOMUNIKASI INTERPERSONAL


a.       Penafsiran Pesan dan Penilaian

Sudah diketahui bahwa pendapat dan penilaian kita tentang orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional. Kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang,kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.

Komunikator yang dipandang menarik, karena kesamaan,  kedekatan, daya tarik fisik, lebih efektif dalam mempengaruhi perubahan pendapat dan sikap. Beberapa penelitian mencoba menghubungkan apa yang dipilih dalam Pemilu dengan kesukaan pada calon anggota Congress di Amerika Serikat. Kesamaan sikap antara pemilih dengan calon, apalagi kalau ditambah daya tarik fisik calon, merupakan prediktor (peramal) yang sangat tepat untuk meramalkan pilihan orang dalam Pemilu.




b.      Efektifitas Komunikasi

Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila anda berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan Anda,Anda gembira, dan terbuka. Berkumpul dengan orang-orang yang anda benci akan membuat Anda tegang,resah, dan tidak enak. Anda akan menutup diri dan menghindari komunikasi.

Bila keadaan seperti ini, yang sudah di buktikan oleh Wolosin (1975), kita perluas pada situasi komunikasi lainnya, kita dapat menyatakan bahwa komunikasi akan lebih efektif bila komunikan saling menyukai.


2.     Hubungan Interpersonal


Hakikat dari hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Pandangan ini merupakan hal baru dan untuk menunjukan hubungan pesan komunikan ini disebut dengan metakomunikasi.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan adanay hubungan interpersonal yang baik.  Menurut Anita Taylor dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur tetapi hubungan interpersonal barangkali yang paling penting. Setiap melakukan komunikasi, kita bukan hanya sekadar menyampaikan isi pesan (content), tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal (relationship). Berikut ini adalah contoh beberapa kalimat yang menunjukkan kadar hubungan interpersonal yang berbeda, yaitu:
§  Rumahmu dimana?
§  Dimanakah rumah anda?
§  Bolehkah saya tahu dimana rumah anda?
Pandangan bahwa komunikasi mendefinisikan hubungan interpersonal telah dikemukakan oleh Ruesch dan Bateson (1951) pada tahun 1950-an. Gagasan ini dipopulerkan di kalangan komunikasi oleh Waulawuck, Beavin, dan Jackson (1967). Selain itu, para psikolog juga mulai menaruh minat yang besar pada hubungan interpersonal seperti tampak pada tulisan Gordon W. Allport (1960), Erich Fromm (1962), Martin Buber (1975), Carl Rogers (1951). Semua tokoh psikologi tersebut mewakili mazhab humanistik.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
Dalam hal ini berarti bahwa studi komunikasi interpersonal bergeser dari isi pesan kepada aspek rasional. aspek rasional adalah yang menjadi unit analisis dari komunikasi interpersonal. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
Hubungan interpersonal terbentuk ketika proses pengolahan pesan, (baik verbal maupun non verbal) secara timbal balik terjadi dan halini dinamakan komunikasi interpersonal. ketika hubungan itu tumbuh, terjadi pula kesepakatan tentang aturan berkomunikasi antara partisipan yang terlibat.

A.     JENIS HUBUNGAN INTERPERSONAL


1.      Model Pertukaran Sosial (social exchange model)

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), dua orang pemuka utama dari model ini,menyimpulkan model pertukaran sosialsebagai berikut, “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaska ditinjau dari segi ganjaran, biaya, hasil atau laba, dan tingkat perbandingan..
§  Ganjaran
Ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai. Nilai suatu ganjaran berbeda antara seseorang dengan orang lain, dan antara waktu yang satu dengan waktu yang lain.

Contoh:     Bagi orang miskin, uang lebih berharga daripada ilmu pengetahuan. Sedangkan bagi orang kaya, mungkin penerimaan sosial lebih berharga daripada uang .

§  Biaya
Biaya adalah akibat yang dinilai negatif, yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri. Biaya juga berubah-ubah sesuai waktu dan orang yang terlibat.

Contoh:     Bila seorang anak yang miskin berteman dengan sekelompok anak yang kaya. Dalam bergaul, anak miskin ini sering diejek oleh anak-anak kaya tersebut. Anak miskin tersebut mendapat biaya berupa keruntuhan harga diri karena sering diejek oleh teman-temannya.

§  Hasil atau laba
Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi dengan biaya. Bila seorang individu merasa dalam sebuah hubungan tidak memperoleh hasil atau laba sama sekali maka individu tersebut akan mencari hubungan yang lain.
Contoh:     Apabila kita memiliki sahabat yang egois. Kita tetap akan membantunya,  sekadar agar persahabatan dengan orang tersebut tidak putus. Bila bantuan (biaya) disini ternyata lebih besar daripada nilai persahabatan (ganjaran) yang ditermia, maka kita rugi atau tidak mendapat laba.

§  Tingkat perbandingan

Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran baku ini dapat berupa pengalaman masa lalu atau alternatif hubungan lain.

Contoh:     Bila seorang gadis pernah berpacaran dengan seorang pria yang berjalan sangat bahagia, tetapi akhirnya putus. Saat berpacaran dengan pria lain, maka gadis tersebut akan mengukur ganjaran hubungan tersebut berdasarkan pengalamannya yang dulu.

2.      Model Permainan

Model ini berasal dari psikiater Eric Berne (1964,1972) yang menceritakannya dalam buku Games People Play. Analisisnya kemudian dikenal sebagai analisis transaksional. Dalam model ini,orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga bagian kepribadian manusia,Orang Tua, Orang Dewasa, dan Anak. Orang Tua adalah aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang kita terima dari orang tua kita atau orang yang kita anggap orang tua kita. Orang Dewasa adalah bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional, sesuai dengan situasi, dan biasanya berkenaan dengan masalah-masalah penting yang memerlukan pengambilan keputusan secara sadar. Anak adalah unsur kepribadian yang di ambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak dan mengandung potensi intiuisi,spontanitas,kreativitas,dan kesenangan.

3.      Model Interaksional (interactional model)

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural,integratif,dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai satu kesatuan. Selanjutnya,semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya. Dalam mempertahankan ekuilibrium,sistem dan subsistem harus melakukan transaksi yang dengan lingkungannya(medan)

B.     PERKEMBANGAN HUBUNGAN INTERPERSONAL

1.      Pembentukan hubungan interpersonal

Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan (acquintance process); diuraikan seacara terinci oleh Theodore Newcomb dalam The Acquaintance process(1961), Dony Byrne dalam The Attraction Paradigm(1971),dan Dalmas A.Taylor dalam Social penetration: The Development of interpersonal Relationship(1973); di sini kita tidak akan menguraikan proses ini secara terinci. Fokus kita ialah pada proses penyampaian dan penerimaaan informasi dalam peembentukan hubungan. Steve Duck (1976:127)

2.      Peneguhan Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah . untuk memeihara  dan memperteguh hubungan interpersonal, perubahan memerrlukan tindakan-tingdakan tertentu untuk engembalikan keseimbangan(equilibrium). Ada 4 faktor yang amat penting  dalam memelihara keseimbangan ini: keakraban, kontrol,rewspon yang tepat,dan nada emosioanl yang tepat.

Fakter pertamaKeakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yg diperlukan.

Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang mengontrol siapa, bilamana.jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, siapakah yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah.

Faktor yang ketiga adalah ketepatan respon artinya, respon A dikuti oleh respon B yang sesuai. Dalam percakapan, misalnya pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesan-pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal.
Faktor keempat yang memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika berlangsungya komunikasi. Walaupun mungkin saja terjadi dua orang berinteraksi dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi.


C.     POLA-POLA RELASIONAL


Ketika suatu hubungan terbentuk, berkembang pula pola-pola komunikasi yang merupakan hasil dari aturan yang diterapkan para partisipan. Ruben menyebutkan ada empat pola relasional:
1.      Suportif dan Defensif

Sikap suportif merupakan sikap yang mendukung komunikasi interpersonal; sebaliknya dengan sikap defensif.

2.      Tergantung (dependen) dan tidak tergantung (independen)

Hubungan yang beriklim dependen dicirikan jika salah satu individu sangat tergantung pada individu lainnya, misalnya karena dukungan, uang, pekerjaan, kepemimpinan, petunjuk dan sebagianya. Sebaliknya dalam hubungan yang independen, seorang individu secara bebas dapat menyatakan ketidaksepakatan, ketidaksetujuan dan penolakan pada individu lainnya.

3.      Progresif dan Regresif.

Hubungan yang progresif adalah hubungan yang ditandai dan menimbulkan kepuasan serta harmoni. Sebaliknya dengan regresif: hubungan tetap berkembang, namun mengarah atau menimbulkan ketidakpuasan dan ketidakharmonisan.

4.      Self-fulfilling dan self-defeating prophecies

Pola hubungan yang dipengaruhi oleh harapan dari pihak-pihak yang terlibat. Jika harapan kita terpenuhi dalam hubungan tersebut maka kita akan bersikap positif terhadap hubungan tersebut, sebaliknya jika harapan kita tidak teropenuhi maka kita akan bersikap negatif terhadap hubungan tersebut.

3.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Hubungan Interpersonal


a.       Percaya Diri (trust)

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, faktor percaya adalah yang paling penting. Sejak tahap yang pertama dalam hubungan interpersonal (tahap perkenalan), sampai pada tahap tahap kedua (tahap peneguhan), “percaya” menentukan efektifitas komunikasi. Secara ilmiah, “percaya” didefinisikan sebagai “mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko”(Giffin,1967:224 234). Definisi ini menyebutkan tiga unsur percaya:

Ada situasi yang menimbulkan risiko. Bila orang menaruh kepercayaan kepada seseorang, ia akan menghadapi risiko. Risiko itu dapat berupa kerugian yang anda alami. Bila tidak ada risiko,percaya tidak di perlukan.

Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat-akibatnya bergantung pada perilaku orang lain.

Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya.

Sikap percaya akan berkembang apabial setiap komunikan menganggap komunikan lainnya berlaku jujur.

b.      Sikap Suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Sudah jelas, dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal. karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain.
Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan,kecemasan,harga diri yang rendah,pengaaman defensif,dan sebagainya) atau faktor-faktor situasional. Diantara faktor-faktor situsioanal adalah perilaku komunikasi orang lain.

c.       Sikap Terbuka

Sikap terbuka (open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatism. Sehingga untuk memahami sikap terbuka, kita harus mengidentifikasikan lebih dahulu karakteristik orang dogmatis.

Contoh-contoh yang lebih jelas dsan karakteristik orang yg dogmatis atau bersikap tertutup:

Menilai pesan berdasarkan motif pribadi. Orang dogmatis tidak akan memperhatikan ogika suatiu proposisi, ia lebih banyak melihat sejauh mana proposisi itu sesuai dgn dirinya.

Berpikir simplitis. Bagi orang dogmatis, dunia ini hanya hitam dam putih, tidak ada kelabu.ia tidak snggup membedakan yang setengah benar setengah salah.
Berorientasi pada sumber. Bagi orang dogmatis yg paing penting ialah siapa yg berbicara, bukan apa yg dibicarakan.

§  Mencari informasi dari sumber sendiri.
§  Secara kaku mempertahankan dan membela sistem kepercayaan.
§  Tidak mampu membiarkan inkonsistensi.
Agar komunikasi interpersonal yang kita lakukan melahirkan hubungan interpersonal yg efektif, digmatisme harus digantikan dengan sikap terbuka. Bersama-sama dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian.

PENUTUP

4.     Kesimpulan

1.      Hubungan Interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya.
2.      Atraksi dalam komunikasi interpersonal berarti mengetahui siapa tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Makin tertarik kita kepada seseorang, makin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia.

3.      Faktor-faktor Personal yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal yaitu : Kesamaan Karakteristik Personal, Tekanan Emosional (Stress), Harga Diri yang Rendah, Isolasi Sosial.

4.      Faktor-faktor Situasional yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal yaitu : Dayatarik Fisik (Physical Attractiveness), Ganjaran (Reward), Familiarity, Kedekatan (Proximinity), Kemampuan (Competence).

5.      Pengaruh Atraksi Interprsonal pada komunikasi Interpersonal yaitu terletak pada penafsiran pesan dan penilaian serta efektivitas komunikasi.

 

 

5.     Daftar Pustaka


Mulyana,Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rakhmat,Jalaluddin.1994. Psikologi Komunikasi.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Littlejohn.1999. Theories of Human Communication,Belmont.California: Wadsworth Publishing Company.
Sarwono, W Sarlito.2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
 (Barlund, 1967:71).
teori Cognitive consistency dari Fritz Heider dalam Jalaluddin Rakhmat (2011)
(Tubbs dan Moss, 1974:93)
Stanley Schachter (1959) dalam Jalaluddin Rakhmat (2011)
Elaine Walster dalam Jalaluddin Rakhmat (2011)
 (Thibault dan Kelley, 1959; Homans,1974; Lott dan Lott;1974) dalam Jalaluddin Rakhmat (2011).
Robert B. Zajonc dalam Jalaluddin Rakhmat (2011)
Steve Duck (1976:127)
Eric Berne (1964,1972)

(Giffin,1967:224 234).